BAB I
PENDAHULUAN
Rasulullah bersabda,“Bukanlah orang muda orang yang mengatakan
inilah
bapakku. Seorang muda adalah orang yang mengatakan inilah aku.” Pesan Rasulullah ini terasa relevan sepanjang waktu, termasuk bagi Anda sebagai generasi muda bangsa saat ini. Pesan itu merupakan tantangan untuk semua generasi muda untuk membuktikan kemampuan dirinya.
Untuk menjadi generasi muda yang
berprestasi, Anda perlu memiliki kepribadian yang kuat sekaligus mental yang kuat pula. Kedua hal
tersebut dapat Anda miliki melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dengan baik.Untuk
membentuk generasi yang kuat itulah modul Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X ini hadir.
Pada jenjang
kelas X ini Anda akan diajak membentuk karakter diri dengan
beberapa materi pelajaran alquran hadist tentang beberapa ayat yang menjelaskan manusia dan peranya di bumi, sebagaimana yang di jelaskan dalam surah albaqarah ayat 30 tentang manusia sebagai khalifah, surah al mu’minun ayat 12 – 14 tentang proses penciptaan manusia.surah Az zariyat ayat 56 tentang kewajiban mnusia untuk beribadah,surah an nahl tentang nikmat Alloh kepada manusia, berikut penerapan ilmu tajwidnya dan kandungan dari beberapa ayat dari surah – surah tersebut.
Untuk
mengantarkan Anda belajar hal-hal tersebut di atas, modul ini disusun
secara sistematis dengan urutan sebagai berikut.
–
Judul Bab,berisi materi pokok yang
dipelajari dalam suatu bab.
–
Peta Konsep, berisi bagan rangkaian konsep
yang diangkat dalam bab.
–
Uraian Materi, di sinilah materi diuraikan
menyatu dengan informasi
tambahan dan kegiatan.
–
Hayya Na’mal, berisi kegiatan tempat Anda
melatih kemampuan diri.
–
I’lam, berisi informasi terkait materi dan
perkembangan terbaru sebagai
tambahan bagi Anda.
–
Amali, ilmu dan kemampuan yang dipelajari
tidak akan banyak manfaat
apabila tidak digunakan. Oleh karena itulah, Anda diajak membiasakan diri dalam rubrik ini.
–
Ikhtisar, bagian ini berisi rangkuman materi
yang telah Anda pelajari.
Rangkuman mengikat pengetahuan Anda untuk dapat digunakan pada saatnya nanti.
–
Muhasabah, apakah yang telah Anda pelajari?
Renungkan di bagian ini.
–
Imtihan, setelah belajar, ujilah
pemahaman dan kemampuan Anda dengan
soal-soal di bagian ini.
BAB II
A.
• manusia •
khalifah •
beribadah
• bekal •
pendengaran •
proses penciptaan manusia
Allah
menggelar alam semesta termasuk bumi di dalamnya. Setelah bumi
tercipta lengkap dengan segala tumbuhan dan hewan, Allah menciptakan manusia. Tidak hanya sekadar menciptakan, Allah mengangkat makhluk baru bernama manusia itu sebagai khalifah di bumi.
Sebagai
khalifah, manusia memiliki tugas yang sangat berat. Salah satunya
adalah tugas untuk mengolah dan melestarikan bumi ini. Allah Mahaadil. Setelah memberikan tugas sebagai khalifah, Allah memberikan bekal hidup kepada manusia. Apa sajakah bekal hidup itu? Marilah kita pelajari bersama.
Gambar 1.1 keindahan alam ciptaan allah
Untuk manusia
1. Surah Al-Baqarah [2] Ayat 30 tentang Manusia sebagai Khalifah
Wa iz . qa
-la rabbuka lil-mala -'ikati inni - ja -'ilun fil-ard .i khali -fah(tan), qa
-lu - ataj'alu fi -ha - may yufsidu fi -ha - wa yasfiqud-dima -’(a), wa nah .nu
nusabbih .u bih .amdika wa nuqaddisu lak(a), qa -la inni - a'lamu ma - la -
ta'lamu -n(a)
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, ”Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana. Sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, ”Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30) 1. Penerapan Ilmu Tajwid Dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 30 di atas, terdapat beberapa bacaan tajwid sebagai berikut. a. Alif Lam Qamariyah
Bacaan alif
lam qamariyah salah satunya terdapat dalam kata للملكة.
Dalam kata tersebut, bacaan alif lam qamariyah berupa alif lam yang diikuti
oleh huruf mim. Dalam susunan tersebut, bunyi huruf alif lam dibaca jelas
diikuti dengan bunyi huruf mim.
Ada dua cara
membaca Al ( ال) bergantung pada huruf setelahnya. Bunyi
huruf ’l’ ketika membaca ال itu bisa tetap diucapkan dengan jelas
atau bunyi huruf ’l’ itu dimasukkan ke bunyi huruf sesudahnya sehingga yang
diucapkan bukan bunyi huruf ’l’ melainkan bunyi huruf sesudahnya.
Dalam ilmu tajwid memasukkan bunyi sebuah huruf ke bunyi huruf
sesudahnya disebut idghaam. Dalammembaca dikenal dua macam idghaam yaitu,
Idghaam Qamariyah dan Idghaam Syamsiyah.Pada kasus Idghaam Qamariyah bunyi
huruf ’l’ itu tetap diucapkan dengan jelas yaitu, jikabertemu dengan salah satu
dari huruf-huruf berikut:
ا،ب،ج،ح،خ،ع،غ،ف،ق،ك،م،ه،و،ي
Pada kasus Idghaam Syamsiyah bunyi huruf
’l’ itu dimasukkan ke bunyi huruf sesudahnya yaitu, jika bertemu
dengan salah satu dari huruf-huruf berikut:
د،ذ،ر،ز،ث،ص،ض،ت،ن،ط،ظ،ل،س،ش
b. Gunnah
Bacaan gunnah dapat Anda terapkan dalam
kalimat إنى .
Tanda tasydid
dalam kata tersebut menunjukkan
bunyi berdengung dalam bunyi huruf
nun.
Ada bacaan-bacaan yang diucapkan
dengan melahirkan ghunnah yaitu, bunyi dengung atau sengau dalam hidung seperti misalnya ’... nnn ... ’, ’... mmm ... ’, ...
ngngng ...’. Jika menemui nun bertasydid ( ) ghunnah
atau dengung (kurang lebih ’... nnn ...’) harus dilahirkan. Dengung pada kasus ini disebut Ghunnah Nuun. Juga jika menemui mim bertasydid ( ) dengung (kurang lebih’... mmm ...’) harus
dilahirkan. Dengung pada kasus ini disebut Ghunnah Miim. Ghunnah Nuun dan Ghunnah Miim masing-masing dilahirkan selama 2 sampai 3 harakat
(ketuk)
c. Mad Wajib Muttasil
Bacaan mad wajib muttas .il Anda gunakan saat
membaca kata للملكة
danالِّد مآء .
Dalam kata tersebut mad tabi'i bertemu dengan huruf hamzah
dalam satu kata. Bacaan tersebut dibaca dengan panjang enam harakat.
Pada mad far‘ii ini ditemui kasus huruf
mad dikuti oleh . Jika huruf mad dan itu berada pada
kata yang sama maka mad dinamakan Mad Muttashil dan sifatnya wajib. Jika yang mengikuti huruf mad berada di kata yang lain maka mad dinamakan Mad Munfashil dan sifatnya jaaiz. Dalam Al-Qur’an baik mad muttashil maupun mad munfashil dikenali dari tanda seperti tilde (f) di atas huruf mad sebelum
Panjang mad
muttashil menurut pendapat para ahli berbeda-beda. Yang paling pendek yaitu 3
danyang paling panjang yaitu 6 harakat.
3. Kandungan Surah Al-Baqarah [2] Ayat 30
Ayat ini menjadi kisah pembuka
keberadaan dan eksistensi manusia di muka bumi ini. Di
hadapan para malaikat, Allah Swt. Menyampaikan iradah-Nya
bahwa Dia akan mengangkat seorang khalifah pengganti Allah
dalam memakmurkan bumi. Tidak seperti biasa para malaikat yang selalu
berkata sami’na - wa ata’na - terkejut mendengarnya pernyataan iradah Allah
Swt. itu.
”Apakah Engkau akan menjadikan
seorang yang merusak bumi dan menumpahkan darah sebagai khalifah
di bumi?” Inilah reaksi para malaikat. Mereka mempertanyakan kebijakan
Allah Swt. tersebut. Allah pun menjawabnya
dengan bijak, ”Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Selanjutnya,
Allah Swt. Mengungkapkan rahasia
kemampuan manusia kepada para malaikat. Allah menyuruh Adam, manusia pertama, untuk
menyebutkan nama-nama beberapa benda yang ada di sekitarnya. Dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dikaruniakan Allah Swt. Kepada manusia, malaikat pun tunduk pada kehendak Allah Swt.
Dalam ayat di atas dengan sangat
jelas bahwa Allah Swt. Menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi. Khalifah memiliki dua makna, yaitu menggantikan
dan menguasai. Makna menggantikan dapat kita lihat pada
ayat 30 Surah al-Baqarah ini. Manusia ditunjuk Allah Swt. Sebagai pengganti Allah Swt. dalam
mengolah bumi sekaligus memakmurkannya.Manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk
menggali potensi-potensiyang terdapat di bumi ini, mengolahnya, dan menggunakannya
dengan baik sebagai sarana untuk
beribadah kepada Allah Swt.
Dalam tafsir
jalalain di jelaskan tentang
maslahat atau kepentingan mengenai pengangkatan Adam dan bahwa di antara anak
cucunya ada yang taat dan ada pula yang durhaka hingga terbukti dan tampaklah
keadilan di antara mereka. Jawab mereka, "Tuhan tidak pernah menciptakan
makhluk yang lebih mulia dan lebih tahu dari kami, karena kami lebih dulu dan
melihat apa yang tidak dilihatnya." Maka Allah Taala pun menciptakan Adam
dari tanah atau lapisan bumi dengan mengambil dari setiap corak atau warnanya
barang segenggam, lalu diaduk-Nya dengan bermacam-macam jenis air lalu dibentuk
dan ditiupkan-Nya roh hingga menjadi makhluk yang dapat merasa, setelah
sebelumnya hanya barang beku dan tidak bernyawa.
Makna khalifah yang kedua adalah
menguasai atau menjadi penguasa. Makna ini dapat kita temukan dalam kata khalifah yang terdapat
dalam Surah Shad [38] ayat 26 yang artinya:
”(Allah Swt. berfirman) Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa)
di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalanAllah.”
Pada ayat ini disebutkan bahwa Allah Swt.
Menjadikan Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi dengan arti menjadi penguasa
di kalangan Bani Israel. Saat di antara kaum Bani Israel terdapat perselisihan, Nabi Daud selaku penguasa diperintahkan untuk memberikan keputusan dengan adil. Selaku penguasa, seorang khalifah dituntut untuk senantiasa berbuat adil kepada masyarakatnya. Ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa akan memberikan akibat buruk bagi korbannya dan masyarakat secara umum.
Terlepas dari kedua makna khalifah, manusia menempati kedudukan istimewa di muka bumi ini. Bukan berarti manusia diistimewakan kemudian boleh berbuat semaunya, melainkan sebaliknya. Kedudukan istimewa manusia menuntut kearifan dan tanggung jawab besar terhadap alam dan masyarakatnya. Amanah ini merupakan tugas bagi semua manusia. Dengan demikian, setiap manusia harus melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Melakukan tindakan yang dapat merusak alam menyebabkan manusia lalai
terhadap tugas yang diembannya.
Hutan tandus. Manusia hadir di dunia ini sebagai pemakmur bukan perusak.
Surah
al-Baqarah [2] ayat 30 ini merupakan ayat pembuka dari kisah perbincangan Allah Swt. dengan para malaikat
sebelum Adam diciptakan. Kisah selanjutnya terdapat pada beberapa ayat lanjutan
dari ayat 30 tersebut. Nah, untuk mengetahui kisah selengkapnya, Anda diajak untuk
menelusuri Surah al-Baqarah [2] ayat 30–39.
Buatlah
tiga kelompok atau kelipatan dari tiga. Pada bab ini tiap kelompok akan
melaksanakan tiga tugas berbeda. Kelompok pertama mengerjakan tugas pada subbab
ini. Tulislah Surah
al-Baqarah [2] ayat 30–39 beserta artinya. Selanjutnya, carilah beberapa kisah yang terdapat dalam buku
kisah para nabi yang berkaitan dengan kisah Nabi Adam a.s. Anda juga dapat membaca
kitab-kitab tafsir yang dapat Anda temukan. Setelah itu, gabungkanlah kisah-kisah tersebut
dengan informasi yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an
hingga terangkai menjadi kisah yang bagus dan benar.
Susunlah
hasil tugas Anda ini dalam lembar tugas. Anda dapat membawa hasil pencarian sebagai bahan diskusi
kelas. Terakhir, kumpulkan lembar tugas Anda kepada Bapak atau Ibu Guru untuk
dievaluasi.
2. Surah Al-Mu’minu n [23] Ayat 12–14 tentang Proses Penciptaan
Manusia
وَ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طينٍ#
ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً في قَرارٍ مَكينٍ#
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ
مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْما#ً
Wa laqad khalaqnal-insa -na min sula -latim min t.i -n(in). S .umma ja'alna -hunut. fatan fi - qara -rim maki -n(in). S .umma khalaqnan-nut.fata 'alaqatan fa khalaqnal-‘alaqata mudgatan fa khalaqnal-mudgata 'iz .a -man fa kasaunal-'iz.-ama lah.man s.umma ansya’na -hu khalqan a -khar(a), fa taba -rakalla -hu ah .sanulkha -liqin(a) Artinya: Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
(Q.S.
al-Mu’minu -n [23]: 12–14)
1. Penerapan Ilmu Tajwid
Dalam Surah al-Mu’minu -n [23]
ayat 12-14 terdapat beberapa bacaan tajwid. Di antaranya sebagai berikut.
a. Qalqalah Sugra –
Bacaan qalqalah s .ugra - adalah
bacaan memantul ringan saat huruf-huruf qalqalah diberi harakat sukun. Bacaan ini dapat Anda gunakan untuk membaca kata و لقد خلقنا . Dalam kata tersebut terdapat dua huruf qalqalah yang
berharakat sukun yaitu huruf qaf dan dal. Kedua
huruf tersebut dibaca memantul ringan.
Yang termasuk huruf qalqalah yaitu:ق ، ط، ب ، ج ، د
Apabila huruf qalqalah tersebut mati atau pada huruf qalqalah itu membaca berhenti maka huruf itu diucapkan seraya menambahkan semacam pantulan bunyi dari huruf itu sendiri di akhir pengucapan. qalqalah ada dua yaitu, Qalqalah Sughraa dan Qalqalah Qubraa.Qalqalah Sughraa huruf qalqalah itu memang mati (mati asli).
Qalqalah Qubraa huruf qalqalah itu menjadi
mati karena membaca berhenti pada huruf
itu. Di sini pemantulan bunyi dilahirkan lebih jelas lagi. b. Bacaan Lam Jalalah Tafkhi –m
Bacaan ini terjadi pada huruf
jalalah atau lafal Allah. Saat lafal Allah didahului oleh huruf berharakat fathah, ia dibaca dengan bacaan tebal seperti kata فتبا رك الله .
Ada dua cara
mengucapkan huruf pada kata (laam jalaalah) yaitu, secara tebal dan secara
tipis. Huruf itu diucapkan secara tebal jika didahului oleh bunyi vokal ’a’ (baris fathah ) atau ’u’ (baris dhammah ). Sebaliknya, huruf itu diucapkan secara tipis jika didahului oleh bunyi vokal ’i’ (baris kasrah ) 2. Kandungan Surah Al-Mu’minu -n [23] Ayat 12–14
Pada Surah
al-Baqarah [2] ayat 30 Allah Swt. menyatakan kehendakNya untuk menjadikan
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Pada ayat ke-12 hingga 14 Surah
al-Mu’minu -n [23] dibahas proses penciptaan manusia.
Dalam ayat ini Allah Swt. memaparkan
proses penciptaan manusia yang diawali dari saripati tanah. Dalam ayat yang lain juga dijelaskan tentang tahap pertama manusia
ketika ia masih tersebar di muka bumi dan belum dapat disebut. Pada tahap pertama, bahan-bahan
penciptaan manusia masih tersebar pada
tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi oleh ayah dan ibu. Bahan penciptaan manusia itu berupa unsur-unsur kimiawi yang terdapat dalam
makanan.
Unsur-unsur tersebut
diserap oleh calon ayah dan calon ibu
melalui makanan yang dikonsumsinya. Unsur-unsur dasar manusia itu diolah sedemikian rupa melalui
proses kimiawi dalam tubuh hingga
menjelma menjadi sperma calon ayah dan ovum calon ibu. Sperma dan ovum adalah dua zat khusus yang dibentuk oleh Allah Swt. dengan membawa
bermiliar-miliar informasi genetika seorang anak manusia. Sperma dan ovum berkembang dan Allah Swt. memperkaya keduanya dengan kemampuan
untuk mengembangkan diri saat bertemu nanti.
Melalui proses penyatuan yang dramatis, sperma dan ovum bertemu dan menyatukan diri. Proses
tersebut terjadi dengan penuh kecermatan dan ketepatan yang hanya bisa diatur oleh Zat yang Mahapandai
atas segala sesuatu. Keduanya bertemu,
mengomunikasikan informasi yang mereka bawa dan berlanjut dalam perkembangan yang luar biasa.
Dua sel manusia berlainan jenis itu
menyatu kemudian membelah dan terus membelah. Tiap-tiap sel baru membentuk jalinan yang kuat di
antara mereka. Setelah mulai terbentuk,
sel-sel calon manusia itu mencari tempat berlabuhnya di dinding rahim sang
ibu.
Mereka melekat kuat dan membentuk jaringan penghubung antara si calon manusia dengan sang ibu.
Jaringan penghubung ini biasa kita kenal sebagai placenta. Tahap inilah yang dalam dunia kedokteran
modern disebut zygot. Hal ini menunjukkan tanda kekuasaan
Allah Swt. Sekaligus kebenaran Al-Qur’an. Seribu empat ratus tahun yang lalu, saat
kehidupan bangsa Arab berada di tepi
terjauh dari peradaban, saat orang Badui menganggap bahwa bumi itu datar,
Al-Qur’an menyatakan sesuatu yang baru terlihat pada abad modern ini.
Sembari membangun interaksi
dengan sang ibu, sel-sel baru itu terus diatur oleh Allah Swt. untuk
membelah hingga menjadi segumpal daging kemudian membelah dan membentuk
bagian-bagian tubuh manusia. Tangan, kaki, kepala, jantung, otak, dan semua organ terbentuk
dengan bimbingan Allah Swt. Setelah semua
bagian lengkap, Allah Swt. menyempurnakan bentuknya menjadi bentuk yang sama sekali berbeda dari saat pertama kali sperma dan
ovum bertemu.
Inilah proses pembentukan seorang
manusia yang diangkat Allah Swt. sebagai khalifah-Nya di bumi. Proses yang tersampaikan dalam
Surah al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14 ini
memberi pelajaran tentang dua hal penting. Pertama, Allah Swt. yang mengatur penciptaan manusia.
Hal ini dengan nyata terlihat dari tahapan-tahapan pembentukan
manusia dalam rahim sang ibu. Bagaimana dua sel, sperma dan ovum yang setengah menit saja dibiarkan di tempat terbuka pasti rusak, dapat bertemu? Siapa yang mengarahkan pertemuan itu? Adakah sang ayah yang memberikan komando atau si ibu yang menunjukkan rute? Setelah keduanya bertemu, siapa yang memberikan daya untuk berubah dan membelah?
Gambar
proses pembentukan manusia dalam kandungan
Sperma dan ovum itu mengetahui dengan sendirinya apa yang harus dilakukan. Allah Swt. yang telah
membuat semua itu menjadi mungkin. Allah Swt. yang memberi daya sekaligus arah. Allah Swt. yang
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh dua sel lemah itu. Inilah pelajaran agung dari Sang Maha Pencipta.
Pelajaran kedua adalah pelajaran bagi kesadaran
manusia tentang asal usul dirinya dan Tuhan yang telah menciptakannya. Ayat ini mengajak manusia merenungkan kejadian
dirinya. Manusia tidak ada dengan sendirinya melainkan ada karena diadakan oleh Yang
Mahaada. Kesadaran tentang hal ini diharapkan dapat
membawa dampak nyata pada perilaku manusia, kita bersama, untuk menjadi lebih baik
sesuai tuntunan Allah Swt. yang telah
menciptakan.
Pelajaran
Allah Swt. dalam ayat ini menunjukkan bahwa hadirnya manusia di muka bumi ini diadakan
oleh Allah Swt. tentu bukan tanpa tujuan. Tujuan hadirnya manusia untuk mengemban tugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini.
Saat kita sadar tentang hal ini, kita mengetahui dari mana kita berasal dan tugas yang harus kita
emban di bumi ini.
Terkait dengan Surah al-Mu’minu -n [23] ayat
12–14 ini, Allah Swt. menyatakan suatu proses perkembangan penciptaan anak manusia saat masih berada
dalam kandungan. Untuk melengkapi sekaligus membuktikan
kebenaran ayat ini secara ilmiah, Anda diajak untuk menelusuri proses perkembangan
penciptaan seorang anak manusia berdasarkan ayat Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan
terkini. Tugas ini menjadi tugas kelompok
kedua. Temukanlah informasi sedetail mungkin tentang proses penciptaan manusia
menurut ilmu pengetahuan sejak awal hingga dilahirkan ke dunia ini sebagai manusia.
Selanjutnya, bandingkan dengan informasi yang terdapat dalam Al-Qur’an. Susunlah hasil penelusuran dan
pembandingan yang Anda lakukan dalam lembar tugas. Selanjutnya, jadikanlah
bahan diskusi kelas. Dengan perbaikan seperlunya, kumpulkanlah lembar tugas Anda
itu kepada guru untuk dievaluasi.
3. Surah Az-Zariyat [51] Ayat 56 tentang Kewajiban Manusia untuk Beribadah وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون Wa ma - khalaqtul-jinna wal-insa illa - liya'budu -n(i) Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. az .-Zariyat [51]: 56) 2. Penerapan Ilmu Tajwid Bacaan tajwid yang terdapat pada Surah az .-Zariyat [51] ayat 56 antara lain sebagai berikut. a. Bacaan Alif Lam Qamariyah Sebagaimana keterangan di subbab B, alif lam qamariyah kita baca dengan bacaan jelas pada huruf alif lamnya. Bacaan ini Anda gunakan saat membaca kata الجنُّ danالانس . b. Mad Arid Lissukun Bacaan ini memiliki panjang empat hingga enam harakat dapat Anda gunakan untuk membaca kata لِيَعْبُدُون .
Mad ‘aaridh lissukuun bersifat
jaaiz. Di sini ditemui kasus huruf mad atau huruf layn diikuti olehhuruf mati,
yang bukan mati asli melainkan dimatikan karena membaca berhenti. Panjang mad
‘aaridh lissukuun berbeda-beda menurut para
ahli, ada yang mengatakan 2, 4 dan 6 harakat
3. Kandungan Surah Az .-Zariyat[51] Ayat 56
pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak
bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya.
Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya.
Perihalnya sama saja dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu,
"Aku runcingkan pena ini supaya aku dapat menulis dengannya." Dan kenyataannya
terkadang kamu tidak menggunakannya seperti itulah yang di sebutan dalam tafsir jalalain.
Setelah
Allah Swt. menyatakan akan mengangkat khalifah di muka bumi dan mengajarkan
tentang penciptaan manusia, pada ayat ini Allah Swt. menyampaikan kerangka umum
tugas manusia di muka bumi ini. Ayat ini menjawab kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia
setelah diciptakan. Surah az .Zariyat [51] ayat 56
ini memberikan arah umum tugas manusia bahwa manusia diciptakan tidak lain hanya untuk
beribadah kepada Allah Swt. Pernyataan ini memberikan
penegasan bahwa saat diangkat sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi, manusia tidak
bebas bertindak semau yang
diinginkannya. Perilaku manusia dituntun untuk selalu sadar terhadap Tuhan dan
menjalin hubungan dengan-Nya.
Terdapat tiga cara Allah menyebut
manusia dalam Al-Qur’an. Ketiga sebutan itu adalah an-nas, al-insa atau al-insan,
dan al-basyar.
1. Sebutan an-nas merujuk pada maksud manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bersama dengan manusia lain dalam hubungan saling membutuhkan. 2. Sebutan al-insa atau al-insan merujuk kepada maksud manusia sebagai makhluk yang memiliki hati nurani, akal, dan jiwa, serta emosi. 3. Sebutan al-basyar merujuk pada maksud manusia sebagai makhluk biologis yang membutuhkan makan,minum, dan berbagai kebutuhan biologis yang lain.
Manusia dipanggil dengan sebutan
al-insa menunjukkan panggilan Allah Swt. pada jiwa kemanusiaan manusia yang unik dibandingkan makhluk Allah Swt. yang lain.
Manusia berbeda dari batu, hewan, atau tanaman. Manusia memiliki akal sekaligus hati. Manusia memiliki
nafsu, emosi, sekaligus fitrah kesucian
jiwa. Artinya, manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk
berbuat buruk. Dengan kedua potensi inilah manusia dipanggil oleh Allah Swt.
Dengan
menggunakan kata al-insa Allah Swt. ingin mengingatkan manusia yang dapat
berbuat baik sekaligus berbuat buruk itu bahwa dirinya ada di dunia ini tidak
lain hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Secara tidak langsung Allah mengingatkan
manusia untuk berlaku sebaik-baiknya dan menjauhi potensi buruk yang ada pada dirinya.
Allah Swt. mengingatkan manusia untuk
menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntunan yang telah Allah Swt. sediakan untuk manusia.
Beribadah
kepada Allah Swt. merupakan keniscayaan dalam kehidupan manusia. Beribadah
kepada Allah Swt. memiliki dua tindakan nyata, satu tindakan dalam kesadaran diri
kita selaku manusia dan satu tindakan nyata dengan semua potensi yang ada pada
diri kita untuk menuruti keinginan Allah Swt. atas kita. Tindakan dalam
kesadaran adalah keimanan kita kepada Allah Swt. sebagai ilah yang kita sembah dan
rabb yang memiliki kekuasaan mutlak atas diri kita. Kesadaran ini memberikan warna tauhid dalam
diri kita sekaligus membebaskan jiwa kita dari kemusyrikan. Inilah dasar dalam beribadah kepada Allah
Swt.
Kesadaran jiwa itu selanjutnya
mewujud dalam tindakan nyata untuk mengikuti tuntunan dan aturan Allah Swt. dalam menjalani
kehidupan. Kesadaran itu ada di sepanjang
hidup kita karena setiap tindakan kita adalah ibadah kepada Allah Swt. Dengan kata lain, hidup kita
adalah ibadah kepada Allah Swt. Beribadah kepada Allah Swt. bukanlah semata menjalankan salat lima kali sehari atau
berpuasa pada bulan Ramadan. Beribadah kepada Allah Swt. seharusnya kita lakukan dalam setiap tarikan napas kita. Setiap gerakan jari kita, setiap langkah kaki kita, setiap ucapan yang keluar dari lisan kita seharusnya bernilai ibadah kepada Allah Swt. Dengan demikian, kita beribadah kepada Allah Swt. saat menuntut ilmu. Kita beribadah kepada Allah Swt. saat berjalan ke pasar dan sebagainya.
Pada ayat
ini Allah Swt. juga memberikan informasi bahwa tidak hanya manusia yang
memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah Swt. Ada makhluk lain yang juga
mendapat tugas yang sama. Makhluk itu adalah jin. Bangsa jin yang merupakan makhluk tak kasat mata
bagi manusia diciptakan Allah Swt.
dari nyala api. Mereka juga memiliki pola kehidupan selayaknya manusia. Dalam arti mereka juga memiliki
hati nurani, akal, emosi, bahkan
kehidupan sosial. Mereka berkeluarga, bermasyarakat, dan juga bernegara.
Jin diciptakan Allah Swt. untuk
beribadah kepada-Nya. Namun, syariat yang digunakan dalam ibadah mereka, hanya Allah yang mengetahui. Ada sebagian pendapat mengatakan
bahwa syariat mereka adalah syariat manusia dan mengikuti ajaran yang disampaikan
oleh para nabi manusia. Pendapat ini
dikuatkan dengan berbagai dasar Al-Qur’an dan hadis. Di antaranya hadis
dari Nabi saw. bahwa ada serombongan
Beribadah dapat kita lakukan dengan setiap aktivitas
kita. Salah satunya memberikan sesuatu dengan ikhlas lillahi ta’ala.
kaum jin yang datang menemui Nabi
saw. untuk belajar agama dan Nabi saw. pun dengan senang hati menyampaikan pelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa kaum jin
belajar syariat kepada manusia. Dengan demikian, pastilah mereka juga menggunakan syariat yang mereka pelajari tersebut. Pendapat lain
menyebutkan bahwa mereka memiliki syariat mereka sendiri dalam beribadah. Pendapat ini beralasan
bahwa karakteristik manusia dan jin
berbeda. Oleh karena itu, seharusnyalah Allah menurunkan syariat yang
sesuai dengan keunikan yang dimiliki bangsa jin.
Dengan
demikian ibadah itu memiliki makn yang lebih luas jangkaunya dari pada ibadah
dalam bentuk ritual , tugas kekhalifahan termasuk dalam makna ibadah dengan
demikian hakikat ibadah mencangkup dua hal pokok .
Pertama kemantapan
makna penghambaan seorang diri kepada Allah dalam hati setiap insan .kemantapan
perasaan bahwa ada hamba ada tuhan, hamba yang patuh dan tuhan yang
disembah.tidak selainya tidak ada dalam wujud ini kecuali satu tuhan dan
selainya adalah hamba – hambanya.
Kedua :mengarah
pada allah dengan setiap gerak pada nurani ,pada setiap anggota badan dan
setiap gerak dalam hidup. Semuanya hanya mengarah pada alloh secara tulus dan
meenjadilah setip amal bagaikan ibadah ritual, dan setiap ibadah ritual serupa
dengan memakmurkan bumi memakmukan bumi serupa dengan jihad kepada alloh, dan
jihad seperti kesabaran menghadapi kesulitan dan rridha menerima ketetapanya .
semua itu adalah ibadah.
4. Surah An-Nahl [16] Ayat 78 tentang Nikmat Allah kepada Manusia
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Walla -hu akhrajakum mim but.u -ni ummaha -tikum la - ta'lamu -na syai’aw wa ja'ala lakumus-sam’a wal-abs .a -ra wal-af‘idata la'allakum tasykuru -n(a) Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nah .l [16]: 78) 2. Penerapan Ilmu Tajwid Dalam Surah an-Nahl [16] ayat 78 ini terdapat beberapa bacaan tajwid sebagai berikut. a. Bacaan Izhar Syafawi
Bacaan izhar syafawi terbentuk ketika
terdapat mim sukun bertemu dengan huruf hijaiah selain mim dan ba. Dalam bacaan
ini bunyi huruf mim sukun dibaca jelas. Anda dapat menggunakan bacaan ini saat
membaca kalimat أُمَّهَاتِكُمْ
لَا تَعْلَمُونَ
.
bila مْ bertemu selain huruf بdan م maka bunyi ’m’ pada مْdi ucapkan secara
jelas lebih lebih jika bertemu ف dan وsupaya tidak terdengar samar (ikhfa’)
b. Bacaan Alif Lam Syamsiyah
Bacaan ini dapat Anda gunakan untuk membaca
kata السَّمْعَ .Huruf alif lam dalam kata tersebut diikuti
oleh huruf syamsiyah sin. Dengan demikian, bunyi alif lam tersebut hilang dan yang tampak hanyalah bunyi huruf sin yang
mengikutinya.
3. Kandungan Surah An-Nahl [16] Ayat 78
Allah Swt. Mahaadil. Dia tidak
memerintahkan sesuatu tanpa membekalinya dengan seperangkat kemampuan penunjang tugas yang diberikan-Nya. Allah Swt.
berkehendak mengangkat seorang khalifah pemakmur, menciptakannya dalam sebaik-baik bentuk yang unik
tetapi lemah, dan memberi tahu manusia bahwa
tugasnya untuk beribadah. Pada Surah an-Nahl [16] ayat 78 ini Allah Swt. menyatakan bekal yang diberikannya kepada manusia untuk
melaksanakan amanah yang mereka
emban. Bekal itu adalah pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
Sesosok bayi kecil terlahir dalam
proses penciptaannya sebagai manusia. Makhluk kecil ini telah mendapat ilham keimanan kepada Allah
Swt. Alastubirabbikum? Bala - syahidna -. Apakah Aku ini Tuhanmu? Benar kami
menjadi saksi tentang hal itu. Semasa
masih dalam kandungan percakapan ini berlangsung antara Allah Swt. dengan fitrah manusia. Setelah
terlahir di dunia ini, bayi itu tidak
mengetahui suatu apa pun juga. Tidak ada setitik pengetahuan terlintas dalam pikirannya. Yang ada pada dirinya
hanyalah ilham insting seorang bayi yang
menangis kala lapar atau haus dan potensi untuk berkembang.
Potensi yang ada pada diri manusia
sangatlah besar. Allah Swt. mengaruniakan potensi berupa kemampuan untuk
berpikir pada otak manusia dan kemampuan fisik. Selain kedua potensi itu, Allah
Swt. Juga memberikan ilham ketakwaan dan kefajiran (kerusakan) dalam jiwa manusia.
Ilham ini membuka kesempatan bagi manusia
untuk berkembang seluas mungkin sebagai sosok
pemakmur bumi. Ilham ini pula yang akan menjadi ujian bagi manusia dalam kehidupannya di dunia ini.
Ilham ketakwaan dan kefajiran ini akan
selalu bertarung dalam jiwa manusia. Keduanya akan mewarnai perjalanan hidup manusia dalam menghadapi segala hal yang terjadi. Untuk
mengatasi kedua ilham inilah Allah Swt. menurunkan tuntunannya bagi manusia.
Semua potensi dan ilham di atas melekat
pada diri manusia sesuai dengan kadar masing-masing. Akan tetapi, semua potensi dan ilham
itu tidak dapat berkembang dengan sendirinya.
Diperlukan pintu dan pengarah bagi potensi dan ilham tersebut. Oleh karena itu, Allah Swt.
melengkapinya dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Pendengaran dan penglihatan merupakan pintu
bagi manusia untuk berhubungan dengan dunia luar. Tersambungnya manusia dengan dunia luar
melalui penglihatan dan pendengaran menyebabkan
semua gerak jasad dan jiwanya berkembang.
Allah mengaruniai manusia pendengaran
dan penglihatan agar dapat belajar dan bergerak. Dengan penglihatan, manusia mengetahui
segala benda di sekitarnya dan dengan
pendengaran manusia belajar pengetahuannya. Bayangkan yang akan terjadi saat
sesosok bayi tidak dapat melihat dan mendengar hingga masa dewasanya. Dirinya akan lumpuh karena gerak motoriknya tidak berkembang.
Dia juga akan menjadi seorang yang bisu atau gagu karena tidak mengetahui apa yang
harus diucapkannya.
Hati nurani merupakan karunia ketiga
dan teragung yang diberikan kepada manusia. Hati nurani menjadi pengarah hidup manusia. Hati nurani inilah yang akan menjadi
pengendali tindakan manusia. Dalam kehidupannya, manusia dihadapkan pada berbagai keadaan dan
pilihan. Adakalanya pilihan yang ada mengarahkan
pada kesesatan dan tidak jarang pula tawaran kebaikan tampak tidak begitu menarik.
Melihat pilihan ini manusia cenderung tergerak mengikuti hawa nafsunya yang menginginkan kenikmatan
sesaat di dunia ini. Dalam keadaan seperti inilah hati nurani berperan.
Hati nurani mengingatkan manusia
terhadap arah yang benar dalam hidupnya. Hati nurani membisikkan ilham kebaikan dalam jiwa
manusia. Apabila manusia mengikuti arahan hati
nurani maka ia akan menuju kebenaran yang ada dalam fitrah manusia,
yaitu menuju
Allah Swt.
Bukan hanya agamawan yang berbicara tentang
pentingnya kalbu untuk diasah dan diasuh.ilmuan pun berbicara tentang peranan
dan daya kalbu yang demikan besar .instuisi ,indra keenam,itulah sebagian nama
yang mereka perkenalkan. Agamawan menammainya ilham , atau hidayah. Allah
menganugerahkanya kepada mereka yang mempersiapkan diri untuk menerimanya
dengan mengasah dan mengasuh kalbunya
Alat – alat yang dianugerahkan allah itu
belum digunakan oleh umat islam bahkan para penuntut ilmu secara sempurna,
kebanyakan para pelajar dan mahasiswa hanya menggunakan indera pendengar dari
pada indera penglihatan.akal tidak jarang di abaikan,dan kalbu hampir selalu di
abaikan termasuk selalu dalam lembaga – lembaga pendidikan agama , sungguh
ironis.
Pada Surah an-Nahl [16] ayat 78 Allah Swt. menyatakan bahwa saat lahir manusia tidak mengetahui suatu apa pun. Allah Swt. memberikan kemampuan berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Ketiga pemberian ini menjadi jalan bagi manusia untuk mengembangkan dirinya. Dalam Surah an-Nahl [16] ayat 78 Allah Swt. memberikan ketiga hal tersebut agar manusia bersyukur. Apakah yang perlu manusia syukuri dari ketiga nikmat tersebut? Bagaimana pula cara bersyukur atas karunia itu?
Kelompok ketiga mengerjakan tugas
pada subbab ini. Diskusikanlah dua pertanyaan tersebut di atas bersama teman kelompok Anda. Selanjutnya,
presentasikan di depan kelas dan kumpulkan hasilnya kepada Bapak atau Ibu Guru untuk
dievaluasi.
Kita sebagai manusia yang beriman
kepada Allah harus melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi sebaik-baiknya. Untuk itu, kita perlu
membiasakan diri dengan ibadah dan tuntunan hidup yang telah Allah turunkan kepada kita. Di
antaranya sebagai berikut.
1. Melaksanakan salat dengan khusyuk dan tepat waktu. Hal ini sangat penting untuk menjaga hubungan kita dengan Allah. 2. Berbuat baik kepada sesama sebagai bentuk hubungan sosial kemasyarakatan. 3. Senantiasa menjaga lingkungan di sekitar kita. Hal ini mencerminkan kedudukan kita sebagai pemakmur di muka bumi. 4. Menyebarkan kebaikan dan rahmat kepada siapapun. Hal ini merupakan pelaksanaan dari tugas kita sebagai khalifah di bumi. 5. Mencegah kerusakan yang terjadi di sekitar kita.
1. Dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 30 Allah menyatakan kehendak-Nya untuk menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi.
2. Surah al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14 menceritakan proses penciptaan manusia sejak berwujud unsur bumi
hingga menjadi manusia yang utuh.
3. Surah az .-Zariyat [51] ayat 56 mengingatkan manusia tentang tugas yang Allah berikan yaitu untuk
beribadah kepada-Nya. Tugas ini
sekaligus menjadi alasan penciptaan manusia di bumi ini.
4. Surah an-Nahl [16] ayat 78 menyatakan tentang bekal yang Allah berikan kepada manusia dalam
menjalankan
tugasnya sebagai khalifah di bumi untuk beribadah kepada-Nya.
5. Dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 30, al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14, az .-Za -riya -t [51]ayat 56, dan an-Nahl
[16] ayat 78 terdapat beberapa bacaan
tajwid seperti mad wajib muttasil, gunnah, alif lam qamariyah, dan qalqalah sugra.
Apakah yang kita lakukan dengan hidup kita? Apakah Anda pernah bertanya mengapa Anda ada dan tujuan Anda hidup? Mungkin Anda belum pernah bertanya atau tidak mau tahu dengan hal tersebut. Satu hal yang pasti, semakin cepat Anda menyadari hal ini,semakin tertata hidup Anda karenanya. Sebaliknya, semakin lambat Anda menyadarinya,semakin tidak terkendali hidup Anda.
Mengapa demikian? Karena saat seseorang menyadari tujuan
kehadirannya di suatu tempat, hal tersebut akan mempengaruhi cara berpikirnya, cara
bertindaknya, dan caranya memandang sesuatu. Semakin dekat Anda dengan Allah dan kebenaran
hakiki yang disampaikan-Nya, semakin baik
hidup Anda untuk bertindak sebagai khalifah dan beribadah kepada-Nya. Demikian pula sebaliknya.
B. EVALUASI
A. Pilihlah
jawaban yang benar!
1. Allah Swt. berkehendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Kata menjadikan dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kata . . . . a.جاَعل b.سُللَةٍ c.فَكَسوْناَ d.يَسْفكُ e.نُقَدِّسُ 2. Kata khalifah yang digunakan dalam kisah Adam mengandung makna . . . . a. pemakmur b. penguasa c. raja d. pemangku wilayah e. kekhalifahan 3. Kata khalifah pada kisah Adam berbeda dengan kata khalifah yang digunakan Allah Swt. pada kisah . . . . a. Qabil dan Habil b. Iskandar Zulqarnain c. Luqman al-Hakim d. Malaikat Jibril e. Nabi Daud 4. Dalam pandangan para malaikat, manusia hanyalah sekelompok makhluk yang suka . . . . a. beribadah b. merusak dan menumpahkan darah c. menyembah Allah Swt. dalam keadaan apa pun d. tidak bersyukur e. menyekutukan Allah Swt. 5. Huruf hamzah pada kata عظاَماً dibaca dengan bacaan . . . .
a. mad jaiz munfas il
b. mad tabi ‘i c. idgam bigunnah d. mad wajib muttasil e. iqlab 6. Salah satu proses manusia adalah menjadi sesuatu yang melekat. Sesuatu yang melekat dalam ayat ini diungkapkan dengan istilah . . . . a.خَلَقَكُم b.طِيْنٍ c.علَقةٍ d.نُطْفةٍ e.طِفْلاً 7. Manusia diciptakan dari sari pati tanah. Dalam hal ini sari pati tanah tersebut didapat melalui . . . . a. penerapan oksigen b. makanan yang diserap kedua orang tua c. inti sari tanah yang telah ada pada setiap manusia d. zat-zat tanah yang dimasukkan ke dalam rohani manusia e. hakikat tubuh manusia yang terbuat dari tanah 8. Peran Allah Swt. dalam pembentukan manusia terdapat pada tahap . . . . a. persiapan ovulasi b. ovulasi c. keseluruhan proses kecuali proses pengantaran paket dari ayah d. keseluruhan proses termasuk proses pengantaran paket dari ayah e. pembentukan sel 9. Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa seorang istri diumpamakan sebagai ladang suami. Berdasarkan ilmu kedokteran hal ini sangat benar karena peran sperma ayah memang sebagai bibit dan ovum sebagai . . . . a. media tumbuh sel sperma b. pasangan yang juga membawa bibit c. katalisator tumbuh sel d. mempercepat proses perkembangan sel e. penyaksi tumbuhnya sel 10. Manusia mengemban tugas untuk beribadah kepada Allah Swt. dinyatakan dalam . . . . a. hadis qudsyi b. Surah az .-Zariya t [51] ayat 56 c. Surah an-Nahl [16] ayat 78 d. Surah an-Nahl [16] ayat 76 e. Surah al-Baqarah [2] ayat 30 11. Susunan ayat ”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” menunjuk pada makna . . . . a. salah satu tugas manusia adalah beribadah b. manusia harus beribadah c. ibadah adalah kewajiban bagi manusia selama hidup di dunia d. satu-satunya tugas manusia hanya beribadah e. manusia harus menjalankan salat lima waktu 12. Kata an-nas memiliki kandungan makna yang luas karena menyangkut kedudukan manusia yang . . . . a. menjadi khalifah di bumi b. seperti hewan biologis lain c. dibekali dengan akal dan nurani d. memiliki ilham kemanusiaan e. memerlukan orang lain 13. Jin memiliki kewajiban yang sama dengan manusia ini karena jin memiliki karakter yang sama, yaitu . . . . a. memiliki peradaban b. terbuat dari asal yang sama c. diciptakan pada waktu yang sama d. diciptakan oleh malaikat yang sama e. memiliki ilham kenabian 14. Allah Swt. memberikan jalan bagi manusia untuk mengenal dunia ini. Jalan itu adalah . . . . a. syariat Islam b. petunjuk Al-Qur’an c. para nabi yang diutus d. pendengaran dan penglihatan e. akal 15. Allah Swt. memberikan semua nikmat kepada manusia agar manusia . . . . a. dapat hidup normal b. berterima kasih kepada Allah Swt. c. mengerti hakikat hidup d. dapat menjalankan tugasnya di bumi e. mengenal Allah Swt. sebagai Tuhan
B. Jawablah
pertanyaan dengan benar!
1. Bagaimanakah
kisah yang terjadi antara Allah Swt. dengan malaikat saat
Allah menyampaikan kehendak-Nya untuk mengangkat khalifah di bumi?
2. Apakah kelebihan Adam atau
manusia sehingga Allah Swt. memerintahkan malaikat untuk bersujud tanda penghormatan kepada Adam?
3. Bagaimanakah perjalanan hidup Adam hingga diturunkan ke bumi ini oleh Allah Swt.? 4. Sebutkan urutan penciptaan manusia menurut pernyataan Allah Swt.!
5. Bagaimanakah pandangan ilmu kedokteran modern terhadap
pernyataan Allah Swt.
tentang proses penciptaan
manusia?
6. Manusia mendapat tugas untuk beribadah kepada Allah Swt. Apakah ibadah itu?
Jelaskan!
7. Mengapa manusia mendapat tugas untuk beribadah kepada Allah Swt.? 8. Jin juga mendapat tugas untuk beribadah. Mengapa Allah Swt. juga memberikan tugas
untuk beribadah kepada kaum jin?
9. Jelaskan fungsi pendengaran dan penglihatan bagi manusia pada awalawal
kehidupannya!
10. Hati nurani dianggap sebagai karunia Allah Swt. yang terbesar bagi manusia. Apakah fungsi hati nurani dalam kehidupan manusia? |
|||||||||||||||||||
POTENSI MANUSIA A. Pengertian Potensi Manusia Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Manusia menurut agama islam adalah makhluk Allah yang potensial. Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang menunjuk pada manusia, yang di gunakan adalah basyar insan atau nas dan bani Adam . Kata basyar diambil dari akar kata yang berarti ‘penampakan sesuatu dengan baik dan indah’. Dari kata itu juga, muncul kata basyarah yang artinya ‘kulit’. Jadi, manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Alasan mengapa dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki berbagai potensi. B. Macam-Macam Potensi Manusia Manusia memiliki potensi diri yang dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu: 1. Potensi Fisik (Psychomotoric) Pot
Komentar
Posting Komentar