Langsung ke konten utama

MODUL SMA KELAS 10 SEMESTER 1 ALQURAN HADIST






I.                   STANDARD KOMPETENSI
1.               Memahami ayat – ayat Al qur’an tentang manusia dan peranya di bumi

II.                KOMPETENSI DASAR
1.1           Membaca QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dengan baik dan benar.
1.2           Meterjemahkan QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dengan baik dan benar.
1.3           Menerapkan isi kandungan QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dalam kehidupan sehari - hari

III.             PENCAPAIAN INDIKATOR
1.1.1        Siswa dapat membaca QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14,
QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dengan baik dan benar
1.1.2        Siswa mampu menjelaskan hukum bacaan yang ada pada QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78

1.2.1   Siswa mampu  menterjemahkan QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun   
            ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dengan baik dan
            benar
1.2.1   Siswa mampu menjelaskan isi dari QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun   
            ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dengan baik dan
            benar



1.3.1     Siswa mampu mengidentifikasi prilaku yang terkandung dalam QS. Al baqarah
           ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl
           ayat 78 pada kehidupan sehari – hari
1.3.2     Siswa mampu menerapakan  QS. Al baqarah ayat 30, QS Al Mu’minun ayat 12 – 14, QS Az zariyat ayat 56, QS An Nahl ayat 78 dalam kehidupan sehari - hari

    














BAB I
PENDAHULUAN

Rasulullah bersabda,“Bukanlah orang muda orang yang mengatakan inilah
bapakku. Seorang muda adalah orang yang mengatakan inilah aku.” Pesan Rasulullah
ini terasa relevan sepanjang waktu, termasuk bagi Anda sebagai generasi muda
bangsa saat ini. Pesan itu merupakan tantangan untuk semua generasi muda
untuk membuktikan kemampuan dirinya.
Untuk menjadi generasi muda yang berprestasi, Anda perlu memiliki kepribadian yang kuat sekaligus mental yang kuat pula. Kedua hal tersebut dapat Anda miliki melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dengan baik.Untuk membentuk generasi yang kuat itulah modul Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X ini hadir.
Pada jenjang kelas X ini Anda akan diajak membentuk karakter diri dengan
beberapa materi pelajaran alquran hadist tentang beberapa ayat yang menjelaskan manusia dan peranya di bumi, sebagaimana yang di jelaskan dalam surah albaqarah ayat 30 tentang manusia sebagai khalifah, surah al mu’minun ayat 12 – 14 tentang proses penciptaan manusia.surah Az zariyat ayat 56 tentang kewajiban mnusia untuk beribadah,surah an nahl tentang nikmat Alloh kepada manusia, berikut penerapan ilmu tajwidnya dan kandungan dari beberapa ayat dari surah – surah tersebut.
Untuk mengantarkan Anda belajar hal-hal tersebut di atas, modul ini disusun
secara sistematis dengan urutan sebagai berikut.
        Judul Bab,berisi materi pokok yang dipelajari dalam suatu bab.
        Peta Konsep, berisi bagan rangkaian konsep yang diangkat dalam bab.
        Uraian Materi, di sinilah materi diuraikan menyatu dengan informasi
tambahan dan kegiatan.
        Hayya Na’mal, berisi kegiatan tempat Anda melatih kemampuan diri.
        I’lam, berisi informasi terkait materi dan perkembangan terbaru sebagai
tambahan bagi Anda.
        Amali, ilmu dan kemampuan yang dipelajari tidak akan banyak manfaat
apabila tidak digunakan.
Oleh karena itulah, Anda diajak membiasakan diri
dalam rubrik ini.
         Ikhtisar, bagian ini berisi rangkuman materi yang telah Anda pelajari.
Rangkuman mengikat pengetahuan Anda untuk dapat digunakan pada
saatnya nanti.
         Muhasabah, apakah yang telah Anda pelajari? Renungkan di bagian ini.
        Imtihan, setelah belajar, ujilah pemahaman dan kemampuan Anda dengan
soal-soal di bagian ini.













BAB II
A.   

PETA KONSEP
MANUSIA DAN PERANYA DI BUMI






Ayat – ayat tentang manusia dan tugasnya di bumi

Surah al-Baqarah
[2] ayat 30
tentang manusia
sebagai khalifah.

Surah
al-Mu’minun [23]
ayat 12–14 tentang
proses penciptaan manusia

Surah az-Zariyat [51]ayat 56 tentang
kewajiban
manusia untuk
beribadah.

Surah an-Nahl
[16] ayat 78
tentang nikmat
Allah kepada
manusia.

Kata kunci
 






























• manusia    • khalifah     • beribadah      • bekal     • pendengaran     • proses penciptaan manusia



Allah menggelar alam semesta termasuk bumi di dalamnya. Setelah bumi
tercipta lengkap dengan segala tumbuhan dan hewan, Allah menciptakan
manusia. Tidak hanya sekadar menciptakan, Allah mengangkat makhluk baru
bernama manusia itu sebagai khalifah di bumi.
Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas yang sangat berat. Salah satunya
adalah tugas untuk mengolah dan melestarikan bumi ini. Allah Mahaadil. Setelah
memberikan tugas sebagai khalifah,
Allah memberikan bekal hidup kepada
manusia. Apa sajakah bekal hidup itu? Marilah kita pelajari bersama.

 




Gambar 1.1 keindahan alam ciptaan allah
   Untuk manusia


1. Surah Al-Baqarah [2] Ayat 30 tentang Manusia sebagai Khalifah
 







Wa iz . qa -la rabbuka lil-mala -'ikati inni - ja -'ilun fil-ard .i khali -fah(tan), qa -lu - ataj'alu fi -ha - may yufsidu fi -ha - wa yasfiqud-dima -’(a), wa nah .nu nusabbih .u bih .amdika wa nuqaddisu lak(a), qa -la inni - a'lamu ma - la - ta'lamu -n(a)
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ”Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, ”Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana. Sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, ”Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)

1. Penerapan Ilmu Tajwid
Dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 30 di atas, terdapat beberapa bacaan tajwid sebagai berikut.

a. Alif Lam Qamariyah
Bacaan alif lam qamariyah salah satunya terdapat dalam kata للملكة. Dalam kata tersebut, bacaan alif lam qamariyah berupa alif lam yang diikuti oleh huruf mim. Dalam susunan tersebut, bunyi huruf alif lam dibaca jelas diikuti dengan bunyi huruf mim.
 Ada dua cara membaca Al (  ال) bergantung pada huruf setelahnya. Bunyi huruf ’l’ ketika membaca  ال itu bisa tetap diucapkan dengan jelas atau bunyi huruf ’l’ itu dimasukkan ke bunyi huruf sesudahnya sehingga yang diucapkan bukan bunyi huruf ’l’ melainkan bunyi huruf sesudahnya.
Dalam ilmu tajwid memasukkan bunyi sebuah huruf ke bunyi huruf sesudahnya disebut idghaam. Dalammembaca dikenal dua macam idghaam yaitu, Idghaam Qamariyah dan Idghaam Syamsiyah.Pada kasus Idghaam Qamariyah bunyi huruf ’l’ itu tetap diucapkan dengan jelas yaitu, jikabertemu dengan salah satu dari huruf-huruf berikut:
ا،ب،ج،ح،خ،ع،غ،ف،ق،ك،م،ه،و،ي

Pada kasus Idghaam Syamsiyah bunyi huruf ’l’ itu dimasukkan ke bunyi huruf sesudahnya yaitu, jika bertemu dengan salah satu dari huruf-huruf berikut:

د،ذ،ر،ز،ث،ص،ض،ت،ن،ط،ظ،ل،س،ش


b. Gunnah
Bacaan gunnah dapat Anda terapkan dalam kalimat إنى  . Tanda tasydid dalam kata tersebut menunjukkan bunyi berdengung dalam bunyi huruf nun.
Ada bacaan-bacaan yang diucapkan dengan melahirkan ghunnah yaitu, bunyi dengung atau sengau dalam hidung seperti misalnya ’... nnn ... ’, ’... mmm ... ’, ... ngngng ...’. Jika menemui nun bertasydid ( ) ghunnah atau dengung (kurang lebih ’... nnn ...’) harus dilahirkan. Dengung pada kasus ini disebut Ghunnah Nuun. Juga jika menemui mim bertasydid ( ) dengung (kurang lebih’... mmm ...’) harus dilahirkan. Dengung pada kasus ini disebut Ghunnah Miim. Ghunnah Nuun dan Ghunnah Miim masing-masing dilahirkan selama 2 sampai 3 harakat (ketuk)

c. Mad Wajib Muttasil
Bacaan mad wajib muttas .il Anda gunakan saat membaca kata    للملكة  danالِّد مآء  . Dalam kata tersebut mad tabi'i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Bacaan tersebut dibaca dengan panjang enam harakat.
Pada mad far‘ii ini ditemui kasus huruf mad dikuti oleh . Jika huruf mad dan itu berada pada
kata yang sama maka mad dinamakan Mad Muttashil dan sifatnya wajib. Jika yang mengikuti
huruf mad berada di kata yang lain maka mad dinamakan Mad Munfashil dan sifatnya jaaiz. Dalam
Al-Qur’an baik mad muttashil maupun mad munfashil dikenali dari tanda seperti tilde (
f) di atas
huruf mad sebelum
Panjang mad muttashil menurut pendapat para ahli berbeda-beda. Yang paling pendek yaitu 3 danyang paling panjang yaitu 6 harakat.

3. Kandungan Surah Al-Baqarah [2] Ayat 30
Ayat ini menjadi kisah pembuka keberadaan dan eksistensi manusia di muka bumi ini. Di hadapan para malaikat, Allah Swt. Menyampaikan iradah-Nya bahwa Dia akan mengangkat seorang khalifah pengganti Allah dalam memakmurkan bumi. Tidak seperti biasa para malaikat yang selalu berkata sami’na - wa ata’na - terkejut mendengarnya pernyataan iradah Allah Swt. itu.
”Apakah Engkau akan menjadikan seorang yang merusak bumi dan menumpahkan darah sebagai khalifah di bumi?” Inilah reaksi para malaikat. Mereka mempertanyakan kebijakan Allah Swt. tersebut. Allah pun menjawabnya dengan bijak, ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Selanjutnya, Allah Swt. Mengungkapkan rahasia kemampuan manusia kepada para malaikat. Allah menyuruh Adam, manusia pertama, untuk menyebutkan nama-nama beberapa benda yang ada di sekitarnya. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang dikaruniakan Allah Swt. Kepada manusia, malaikat pun tunduk pada kehendak Allah Swt.
Dalam ayat di atas dengan sangat jelas bahwa Allah Swt. Menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah memiliki dua makna, yaitu menggantikan dan menguasai. Makna menggantikan dapat kita lihat pada ayat 30 Surah al-Baqarah ini. Manusia ditunjuk Allah Swt. Sebagai pengganti Allah Swt. dalam mengolah bumi sekaligus memakmurkannya.Manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk menggali potensi-potensiyang terdapat di bumi ini, mengolahnya, dan menggunakannya dengan baik sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah Swt.
Dalam tafsir jalalain di jelaskan tentang maslahat atau kepentingan mengenai pengangkatan Adam dan bahwa di antara anak cucunya ada yang taat dan ada pula yang durhaka hingga terbukti dan tampaklah keadilan di antara mereka. Jawab mereka, "Tuhan tidak pernah menciptakan makhluk yang lebih mulia dan lebih tahu dari kami, karena kami lebih dulu dan melihat apa yang tidak dilihatnya." Maka Allah Taala pun menciptakan Adam dari tanah atau lapisan bumi dengan mengambil dari setiap corak atau warnanya barang segenggam, lalu diaduk-Nya dengan bermacam-macam jenis air lalu dibentuk dan ditiupkan-Nya roh hingga menjadi makhluk yang dapat merasa, setelah sebelumnya hanya barang beku dan tidak bernyawa.
 Makna khalifah yang kedua adalah menguasai atau menjadi penguasa. Makna ini dapat kita temukan dalam kata khalifah yang terdapat dalam Surah Shad [38] ayat 26 yang artinya: ”(Allah Swt. berfirman) Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalanAllah.”
 Pada ayat ini disebutkan bahwa Allah Swt. Menjadikan Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi dengan arti menjadi penguasa di kalangan Bani Israel. Saat di antara kaum Bani Israel terdapat perselisihan, Nabi Daud selaku penguasa diperintahkan untuk memberikan keputusan dengan adil. Selaku penguasa, seorang khalifah dituntut untuk senantiasa berbuat adil kepada masyarakatnya. Ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa akan memberikan akibat buruk bagi korbannya dan masyarakat secara umum.
Terlepas dari kedua makna khalifah, manusia menempati kedudukan
istimewa di muka bumi ini. Bukan berarti manusia diistimewakan kemudian boleh berbuat semaunya, melainkan sebaliknya. Kedudukan istimewa manusia menuntut kearifan dan tanggung jawab besar terhadap alam dan masyarakatnya. Amanah ini merupakan tugas bagi semua
manusia. Dengan demikian, setiap manusia harus melaksanakan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya. Melakukan tindakan yang dapat merusak alam menyebabkan manusia lalai
terhadap tugas yang diembannya.









 Hutan tandus. Manusia hadir di dunia ini sebagai
pemakmur bukan perusak.









Hayya Na’mal
 




Surah al-Baqarah [2] ayat 30 ini merupakan ayat pembuka dari kisah perbincangan Allah Swt. dengan para malaikat sebelum Adam diciptakan. Kisah selanjutnya terdapat pada beberapa ayat lanjutan dari ayat 30 tersebut. Nah, untuk mengetahui kisah selengkapnya, Anda diajak untuk menelusuri Surah al-Baqarah [2] ayat 30–39.
Buatlah tiga kelompok atau kelipatan dari tiga. Pada bab ini tiap kelompok akan melaksanakan tiga tugas berbeda. Kelompok pertama mengerjakan tugas pada subbab ini. Tulislah Surah al-Baqarah [2] ayat 30–39 beserta artinya. Selanjutnya, carilah beberapa kisah yang terdapat dalam buku kisah para nabi yang berkaitan dengan kisah Nabi Adam a.s. Anda juga dapat membaca kitab-kitab tafsir yang dapat Anda temukan. Setelah itu, gabungkanlah kisah-kisah tersebut dengan informasi yang terdapat dalam ayat Al-Qur’an
hingga terangkai menjadi kisah yang bagus dan benar.
Susunlah hasil tugas Anda ini dalam lembar tugas. Anda dapat membawa hasil pencarian sebagai bahan diskusi kelas. Terakhir, kumpulkan lembar tugas Anda kepada Bapak atau Ibu Guru untuk dievaluasi.













2. Surah Al-Mu’minu n [23] Ayat 12–14 tentang Proses Penciptaan
Manusia
وَ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طينٍ#
ثُمَّ جَعَلْناهُ نُطْفَةً في‏ قَرارٍ مَكينٍ#

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظاماً فَكَسَوْنَا الْعِظامَ لَحْما#ً


Wa laqad khalaqnal-insa -na min sula -latim min t.i -n(in). S .umma ja'alna -hunut. fatan fi - qara -rim maki -n(in). S .umma khalaqnan-nut.fata 'alaqatan fa khalaqnal-‘alaqata mudgatan fa khalaqnal-mudgata 'iz .a -man fa kasaunal-'iz.-ama lah.man s.umma ansya’na -hu khalqan a -khar(a), fa taba -rakalla -hu ah .sanulkha -liqin(a)

Artinya: Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
(Q.S. al-Mu’minu -n [23]: 12–14)

1. Penerapan Ilmu Tajwid
Dalam Surah al-Mu’minu -n [23] ayat 12-14 terdapat beberapa bacaan tajwid. Di antaranya sebagai berikut.

a. Qalqalah Sugra –
Bacaan qalqalah s .ugra - adalah bacaan memantul ringan saat huruf-huruf qalqalah diberi harakat sukun. Bacaan ini dapat Anda gunakan untuk membaca kata و لقد خلقنا . Dalam kata tersebut terdapat dua huruf qalqalah yang berharakat sukun yaitu huruf qaf dan dal. Kedua
huruf tersebut dibaca memantul ringan.
Yang termasuk huruf qalqalah yaitu:ق ، ط، ب ، ج ، د
Apabila huruf qalqalah tersebut mati atau pada huruf qalqalah itu membaca berhenti maka huruf itu
diucapkan seraya menambahkan semacam pantulan bunyi dari huruf itu sendiri di akhir pengucapan.
qalqalah ada dua yaitu, Qalqalah Sughraa dan Qalqalah Qubraa.Qalqalah Sughraa huruf qalqalah itu memang mati (mati asli).
Qalqalah Qubraa huruf qalqalah itu menjadi mati karena membaca berhenti pada huruf
itu.
Di sini pemantulan bunyi dilahirkan lebih jelas lagi.

b. Bacaan Lam Jalalah Tafkhi –m
Bacaan ini terjadi pada huruf jalalah atau lafal Allah. Saat lafal Allah didahului oleh huruf berharakat fathah, ia dibaca dengan bacaan tebal seperti kata فتبا رك الله .
Ada dua cara mengucapkan huruf pada kata (laam jalaalah) yaitu, secara tebal dan secara
tipis. Huruf itu diucapkan secara tebal jika didahului oleh bunyi vokal ’a’ (baris fathah )
atau ’u’ (baris dhammah ). Sebaliknya, huruf itu diucapkan secara tipis jika didahului oleh bunyi vokal ’i’ (baris kasrah
)

2. Kandungan Surah Al-Mu’minu -n [23] Ayat 12–14
Pada Surah al-Baqarah [2] ayat 30 Allah Swt. menyatakan kehendakNya untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Pada ayat ke-12 hingga 14 Surah al-Mu’minu -n [23] dibahas proses penciptaan manusia.
Dalam ayat ini Allah Swt. memaparkan proses penciptaan manusia yang diawali dari saripati tanah. Dalam ayat yang lain juga dijelaskan tentang tahap pertama manusia ketika ia masih tersebar di muka bumi dan belum dapat disebut. Pada tahap pertama, bahan-bahan penciptaan manusia masih tersebar pada tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi oleh ayah dan ibu. Bahan penciptaan manusia itu berupa unsur-unsur kimiawi yang terdapat dalam makanan.
 Unsur-unsur tersebut diserap oleh calon ayah dan calon ibu melalui makanan yang dikonsumsinya. Unsur-unsur dasar manusia itu diolah sedemikian rupa melalui proses kimiawi dalam tubuh hingga menjelma menjadi sperma calon ayah dan ovum calon ibu. Sperma dan ovum adalah dua zat khusus yang dibentuk oleh Allah Swt. dengan membawa bermiliar-miliar informasi genetika seorang anak manusia. Sperma dan ovum berkembang dan Allah Swt. memperkaya keduanya dengan kemampuan untuk mengembangkan diri saat bertemu nanti.
Melalui proses penyatuan yang dramatis, sperma dan ovum bertemu dan menyatukan diri. Proses tersebut terjadi dengan penuh kecermatan dan ketepatan yang hanya bisa diatur oleh Zat yang Mahapandai atas segala sesuatu. Keduanya bertemu, mengomunikasikan informasi yang mereka bawa dan berlanjut dalam perkembangan yang luar biasa. Dua sel manusia berlainan jenis itu menyatu kemudian membelah dan terus membelah. Tiap-tiap sel baru membentuk jalinan yang kuat di antara mereka. Setelah mulai terbentuk, sel-sel calon manusia itu mencari tempat berlabuhnya di dinding rahim sang ibu.
 Mereka melekat kuat dan membentuk jaringan penghubung antara si calon manusia dengan sang ibu. Jaringan penghubung ini biasa kita kenal sebagai placenta. Tahap inilah yang dalam dunia kedokteran modern disebut zygot. Hal ini menunjukkan tanda kekuasaan Allah Swt. Sekaligus kebenaran Al-Qur’an. Seribu empat ratus tahun yang lalu, saat kehidupan bangsa Arab berada di tepi terjauh dari peradaban, saat orang Badui menganggap bahwa bumi itu datar, Al-Qur’an menyatakan sesuatu yang baru terlihat pada abad modern ini.
Sembari membangun interaksi dengan sang ibu, sel-sel baru itu terus diatur oleh Allah Swt. untuk membelah hingga menjadi segumpal daging kemudian membelah dan membentuk bagian-bagian tubuh manusia. Tangan, kaki, kepala, jantung, otak, dan semua organ terbentuk dengan bimbingan Allah Swt. Setelah semua bagian lengkap, Allah Swt. menyempurnakan bentuknya menjadi bentuk yang sama sekali berbeda dari saat pertama kali sperma dan ovum bertemu.
Inilah proses pembentukan seorang manusia yang diangkat Allah Swt. sebagai khalifah-Nya di bumi. Proses yang tersampaikan dalam Surah al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14 ini memberi pelajaran tentang dua hal penting. Pertama, Allah Swt. yang mengatur penciptaan manusia.
Hal ini dengan nyata terlihat dari tahapan-tahapan pembentukan manusia dalam rahim sang ibu. Bagaimana dua sel, sperma dan ovum yang setengah menit saja dibiarkan di tempat terbuka pasti rusak, dapat bertemu? Siapa yang mengarahkan pertemuan itu? Adakah sang ayah yang memberikan komando atau si ibu yang menunjukkan rute? Setelah keduanya bertemu, siapa yang memberikan daya untuk berubah dan membelah?

Gambar proses pembentukan manusia dalam kandungan

 Sperma dan ovum itu mengetahui dengan sendirinya apa yang harus dilakukan. Allah Swt. yang telah membuat semua itu menjadi mungkin. Allah Swt. yang memberi daya sekaligus arah. Allah Swt. yang menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh dua sel lemah itu. Inilah pelajaran agung dari Sang Maha Pencipta.
Pelajaran kedua adalah pelajaran bagi kesadaran manusia tentang asal usul dirinya dan Tuhan yang telah menciptakannya. Ayat ini mengajak manusia merenungkan kejadian dirinya. Manusia tidak ada dengan sendirinya melainkan ada karena diadakan oleh Yang Mahaada. Kesadaran tentang hal ini diharapkan dapat membawa dampak nyata pada perilaku manusia, kita bersama, untuk menjadi lebih baik sesuai tuntunan Allah Swt. yang telah menciptakan.
Pelajaran Allah Swt. dalam ayat ini menunjukkan bahwa hadirnya manusia di muka bumi ini diadakan oleh Allah Swt. tentu bukan tanpa tujuan. Tujuan hadirnya manusia untuk mengemban tugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Saat kita sadar tentang hal ini, kita mengetahui dari mana kita berasal dan tugas yang harus kita emban di bumi ini.




Hayya Na’mal
 



Terkait dengan Surah al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14 ini, Allah Swt. menyatakan suatu proses perkembangan penciptaan anak manusia saat masih berada dalam kandungan. Untuk melengkapi sekaligus membuktikan kebenaran ayat ini secara ilmiah, Anda diajak untuk menelusuri proses perkembangan penciptaan seorang anak manusia berdasarkan ayat Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan terkini. Tugas ini menjadi tugas kelompok kedua. Temukanlah informasi sedetail mungkin tentang proses penciptaan manusia menurut ilmu pengetahuan sejak awal hingga dilahirkan ke dunia ini sebagai manusia. Selanjutnya, bandingkan dengan informasi yang terdapat dalam Al-Qur’an. Susunlah hasil penelusuran dan pembandingan yang Anda lakukan dalam lembar tugas. Selanjutnya, jadikanlah bahan diskusi kelas. Dengan perbaikan seperlunya, kumpulkanlah lembar tugas Anda itu kepada guru untuk dievaluasi.







3. Surah Az-Zariyat [51] Ayat 56 tentang Kewajiban Manusia untuk Beribadah

  وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون

Wa ma - khalaqtul-jinna wal-insa illa - liya'budu -n(i)
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. az .-Zariyat [51]: 56)

2. Penerapan Ilmu Tajwid
Bacaan tajwid yang terdapat pada Surah az .-Zariyat [51] ayat 56 antara lain sebagai berikut.
a. Bacaan Alif Lam Qamariyah
Sebagaimana keterangan di subbab B, alif lam qamariyah kita baca dengan bacaan jelas pada huruf alif lamnya. Bacaan ini Anda gunakan saat membaca kata الجنُّ danالانس  .
b. Mad Arid Lissukun
Bacaan ini memiliki panjang empat hingga enam harakat dapat Anda gunakan untuk membaca kata لِيَعْبُدُون    .
Mad ‘aaridh lissukuun bersifat jaaiz. Di sini ditemui kasus huruf mad atau huruf layn diikuti olehhuruf mati, yang bukan mati asli melainkan dimatikan karena membaca berhenti. Panjang mad ‘aaridh lissukuun berbeda-beda menurut para ahli, ada yang mengatakan 2, 4 dan 6 harakat
3. Kandungan Surah Az .-Zariyat[51] Ayat 56
pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya. Perihalnya sama saja dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu, "Aku runcingkan pena ini supaya aku dapat menulis dengannya." Dan   kenyataannya terkadang kamu tidak menggunakannya seperti itulah yang di sebutan dalam tafsir jalalain.
Setelah Allah Swt. menyatakan akan mengangkat khalifah di muka bumi dan mengajarkan tentang penciptaan manusia, pada ayat ini Allah Swt. menyampaikan kerangka umum tugas manusia di muka bumi ini. Ayat ini menjawab kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia setelah diciptakan. Surah az .Zariyat [51] ayat 56 ini memberikan arah umum tugas manusia bahwa manusia diciptakan tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Pernyataan ini memberikan penegasan bahwa saat diangkat sebagai khalifah untuk memakmurkan bumi, manusia tidak bebas bertindak semau yang diinginkannya. Perilaku manusia dituntun untuk selalu sadar terhadap Tuhan dan menjalin hubungan dengan-Nya.

I’lam
 

Terdapat tiga cara Allah menyebut manusia dalam Al-Qur’an. Ketiga sebutan itu adalah an-nas, al-insa atau al-insan, dan al-basyar.

1. Sebutan an-nas merujuk pada maksud manusia sebagai makhluk sosial yang hidup
bersama dengan manusia lain dalam hubungan saling membutuhkan.
2. Sebutan al-insa atau al-insan merujuk kepada maksud manusia sebagai makhluk
yang memiliki hati nurani, akal, dan jiwa, serta emosi.
3. Sebutan al-basyar merujuk pada maksud manusia sebagai makhluk biologis yang
membutuhkan makan,minum, dan berbagai kebutuhan biologis yang lain.

Manusia dipanggil dengan sebutan al-insa menunjukkan panggilan Allah Swt. pada jiwa kemanusiaan manusia yang unik dibandingkan makhluk Allah Swt. yang lain. Manusia berbeda dari batu, hewan, atau tanaman. Manusia memiliki akal sekaligus hati. Manusia memiliki nafsu, emosi, sekaligus fitrah kesucian jiwa. Artinya, manusia memiliki potensi untuk berbuat baik dan potensi untuk berbuat buruk. Dengan kedua potensi inilah manusia dipanggil oleh Allah Swt.
Dengan menggunakan kata al-insa Allah Swt. ingin mengingatkan manusia yang dapat berbuat baik sekaligus berbuat buruk itu bahwa dirinya ada di dunia ini tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Secara tidak langsung Allah mengingatkan manusia untuk berlaku sebaik-baiknya dan menjauhi potensi buruk yang ada pada dirinya. Allah Swt. mengingatkan manusia untuk menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntunan yang telah Allah Swt. sediakan untuk manusia.
Beribadah kepada Allah Swt. merupakan keniscayaan dalam kehidupan manusia. Beribadah kepada Allah Swt. memiliki dua tindakan nyata, satu tindakan dalam kesadaran diri kita selaku manusia dan satu tindakan nyata dengan semua potensi yang ada pada diri kita untuk menuruti keinginan Allah Swt. atas kita. Tindakan dalam kesadaran adalah keimanan kita kepada Allah Swt. sebagai ilah yang kita sembah dan rabb yang memiliki kekuasaan mutlak atas diri kita. Kesadaran ini memberikan warna tauhid dalam diri kita sekaligus membebaskan jiwa kita dari kemusyrikan. Inilah dasar dalam beribadah kepada Allah Swt.
Kesadaran jiwa itu selanjutnya mewujud dalam tindakan nyata untuk mengikuti tuntunan dan aturan Allah Swt. dalam menjalani kehidupan. Kesadaran itu ada di sepanjang hidup kita karena setiap tindakan kita adalah ibadah kepada Allah Swt. Dengan kata lain, hidup kita adalah ibadah kepada Allah Swt. Beribadah kepada Allah Swt. bukanlah semata menjalankan salat lima kali sehari atau berpuasa pada bulan Ramadan. Beribadah kepada Allah Swt. seharusnya kita lakukan dalam setiap tarikan napas kita. Setiap gerakan jari kita, setiap langkah kaki kita, setiap ucapan yang keluar dari lisan kita seharusnya bernilai ibadah kepada Allah Swt. Dengan demikian, kita beribadah kepada Allah Swt. saat menuntut ilmu. Kita beribadah kepada Allah Swt. saat berjalan ke pasar  dan sebagainya.
Pada ayat ini Allah Swt. juga memberikan informasi bahwa tidak hanya manusia yang memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah Swt. Ada makhluk lain yang juga mendapat tugas yang sama. Makhluk itu adalah jin. Bangsa jin yang merupakan makhluk tak kasat mata bagi manusia diciptakan Allah Swt. dari nyala api. Mereka juga memiliki pola kehidupan selayaknya manusia. Dalam arti mereka juga memiliki hati nurani, akal, emosi, bahkan kehidupan sosial. Mereka berkeluarga, bermasyarakat, dan juga bernegara.
Jin diciptakan Allah Swt. untuk beribadah kepada-Nya. Namun, syariat yang digunakan dalam ibadah mereka, hanya Allah yang mengetahui. Ada sebagian pendapat mengatakan bahwa syariat mereka  adalah syariat manusia dan mengikuti ajaran yang disampaikan oleh para nabi manusia. Pendapat ini dikuatkan dengan berbagai dasar Al-Qur’an dan hadis. Di antaranya hadis dari Nabi saw. bahwa ada serombongan
 









Beribadah dapat kita lakukan dengan setiap aktivitas
kita. Salah satunya memberikan sesuatu dengan ikhlas
lillahi ta’ala.

kaum jin yang datang menemui Nabi saw. untuk belajar agama dan Nabi saw. pun dengan senang hati menyampaikan pelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa kaum jin belajar syariat kepada manusia. Dengan demikian, pastilah mereka juga menggunakan syariat yang mereka pelajari tersebut. Pendapat lain menyebutkan bahwa mereka memiliki syariat mereka sendiri dalam beribadah. Pendapat ini beralasan bahwa karakteristik manusia dan jin berbeda. Oleh karena itu, seharusnyalah Allah menurunkan syariat yang sesuai dengan keunikan yang dimiliki bangsa jin.
Dengan demikian ibadah itu memiliki makn yang lebih luas jangkaunya dari pada ibadah dalam bentuk ritual , tugas kekhalifahan termasuk dalam makna ibadah dengan demikian hakikat ibadah mencangkup dua hal pokok .
Pertama kemantapan makna penghambaan seorang diri kepada Allah dalam hati setiap insan .kemantapan perasaan bahwa ada hamba ada tuhan, hamba yang patuh dan tuhan yang disembah.tidak selainya tidak ada dalam wujud ini kecuali satu tuhan dan selainya adalah hamba – hambanya.
Kedua :mengarah pada allah dengan setiap gerak pada nurani ,pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya hanya mengarah pada alloh secara tulus dan meenjadilah setip amal bagaikan ibadah ritual, dan setiap ibadah ritual serupa dengan memakmurkan bumi memakmukan bumi serupa dengan jihad kepada alloh, dan jihad seperti kesabaran menghadapi kesulitan dan rridha menerima ketetapanya . semua itu adalah ibadah.

4. Surah An-Nahl [16] Ayat 78 tentang Nikmat Allah kepada Manusia
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Walla -hu akhrajakum mim but.u -ni ummaha -tikum la - ta'lamu -na syai’aw wa
ja'ala lakumus-sam’a wal-abs .a -ra wal-af‘idata la'allakum tasykuru -n(a)
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nah .l [16]: 78)

2. Penerapan Ilmu Tajwid
Dalam Surah an-Nahl [16] ayat 78 ini terdapat beberapa bacaan tajwid sebagai berikut.

a. Bacaan Izhar Syafawi

Bacaan izhar syafawi terbentuk ketika terdapat mim sukun bertemu dengan huruf hijaiah selain mim dan ba. Dalam bacaan ini bunyi huruf mim sukun dibaca jelas. Anda dapat menggunakan bacaan ini saat membaca kalimat أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ .
bila  مْ bertemu selain huruf  بdan   م  maka bunyi ’m’ pada  مْdi ucapkan secara jelas lebih lebih jika bertemu  ف dan    وsupaya tidak terdengar samar (ikhfa’)

 b. Bacaan Alif Lam Syamsiyah

Bacaan ini dapat Anda gunakan untuk membaca kata السَّمْعَ .Huruf alif lam dalam kata tersebut diikuti oleh huruf syamsiyah sin. Dengan demikian, bunyi alif lam tersebut hilang dan yang tampak hanyalah bunyi huruf sin yang mengikutinya.




3. Kandungan Surah An-Nahl [16] Ayat 78

Allah Swt. Mahaadil. Dia tidak memerintahkan sesuatu tanpa membekalinya dengan seperangkat kemampuan penunjang tugas yang diberikan-Nya. Allah Swt. berkehendak mengangkat seorang khalifah pemakmur, menciptakannya dalam sebaik-baik bentuk yang unik tetapi lemah, dan memberi tahu manusia bahwa tugasnya untuk beribadah. Pada Surah an-Nahl [16] ayat 78 ini Allah Swt. menyatakan bekal yang diberikannya kepada manusia untuk melaksanakan amanah yang mereka
emban. Bekal itu adalah pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
Sesosok bayi kecil terlahir dalam proses penciptaannya sebagai manusia. Makhluk kecil ini telah mendapat ilham keimanan kepada Allah Swt. Alastubirabbikum? Bala - syahidna -. Apakah Aku ini Tuhanmu? Benar kami menjadi saksi tentang hal itu. Semasa masih dalam kandungan percakapan ini berlangsung antara Allah Swt. dengan fitrah manusia. Setelah terlahir di dunia ini, bayi itu tidak mengetahui suatu apa pun juga. Tidak ada setitik pengetahuan terlintas dalam pikirannya. Yang ada pada dirinya hanyalah ilham insting seorang bayi yang menangis kala lapar atau haus dan potensi untuk berkembang.
Potensi yang ada pada diri manusia sangatlah besar. Allah Swt. mengaruniakan potensi berupa kemampuan untuk berpikir pada otak manusia dan kemampuan fisik. Selain kedua potensi itu, Allah Swt. Juga memberikan ilham ketakwaan dan kefajiran (kerusakan) dalam jiwa manusia. Ilham ini membuka kesempatan bagi manusia untuk berkembang seluas mungkin sebagai sosok pemakmur bumi. Ilham ini pula yang akan menjadi ujian bagi manusia dalam kehidupannya di dunia ini. Ilham ketakwaan dan kefajiran ini akan selalu bertarung dalam jiwa manusia. Keduanya akan mewarnai perjalanan hidup manusia dalam menghadapi segala hal yang terjadi. Untuk mengatasi kedua ilham inilah Allah Swt. menurunkan tuntunannya bagi manusia.
 Semua potensi dan ilham di atas melekat pada diri manusia sesuai dengan kadar masing-masing. Akan tetapi, semua potensi dan ilham itu tidak dapat berkembang dengan sendirinya. Diperlukan pintu dan pengarah bagi potensi dan ilham tersebut. Oleh karena itu, Allah Swt. melengkapinya dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Pendengaran dan penglihatan merupakan pintu bagi manusia untuk berhubungan dengan dunia luar. Tersambungnya manusia dengan dunia luar melalui penglihatan dan pendengaran menyebabkan semua gerak jasad dan jiwanya berkembang.
Allah mengaruniai manusia pendengaran dan penglihatan agar dapat belajar dan bergerak. Dengan penglihatan, manusia mengetahui segala benda di sekitarnya dan dengan pendengaran manusia belajar pengetahuannya. Bayangkan yang akan terjadi saat sesosok bayi tidak dapat melihat dan mendengar hingga masa dewasanya. Dirinya akan lumpuh karena gerak motoriknya tidak berkembang. Dia juga akan menjadi seorang yang bisu atau gagu karena tidak mengetahui apa yang harus diucapkannya.
 Hati nurani merupakan karunia ketiga dan teragung yang diberikan kepada manusia. Hati nurani menjadi pengarah hidup manusia. Hati nurani inilah yang akan menjadi pengendali tindakan manusia. Dalam kehidupannya, manusia dihadapkan pada berbagai keadaan dan pilihan. Adakalanya pilihan yang ada mengarahkan pada kesesatan dan tidak jarang pula tawaran kebaikan tampak tidak begitu menarik. Melihat pilihan ini manusia cenderung tergerak mengikuti hawa nafsunya yang menginginkan kenikmatan sesaat di dunia ini. Dalam keadaan seperti inilah hati nurani berperan.
Hati nurani mengingatkan manusia terhadap arah yang benar dalam hidupnya. Hati nurani membisikkan ilham kebaikan dalam jiwa manusia. Apabila manusia mengikuti arahan hati nurani maka ia akan menuju kebenaran yang ada dalam fitrah manusia,
yaitu menuju Allah Swt.
Bukan hanya agamawan yang berbicara tentang pentingnya kalbu untuk diasah dan diasuh.ilmuan pun berbicara tentang peranan dan daya kalbu yang demikan besar .instuisi ,indra keenam,itulah sebagian nama yang mereka perkenalkan. Agamawan menammainya ilham , atau hidayah. Allah menganugerahkanya kepada mereka yang mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan mengasah dan mengasuh kalbunya
Alat – alat yang dianugerahkan allah itu belum digunakan oleh umat islam bahkan para penuntut ilmu secara sempurna, kebanyakan para pelajar dan mahasiswa hanya menggunakan indera pendengar dari pada indera penglihatan.akal tidak jarang di abaikan,dan kalbu hampir selalu di abaikan termasuk selalu dalam lembaga – lembaga pendidikan agama , sungguh ironis.


Hayya na’mal



Pada Surah an-Nahl [16] ayat 78 Allah Swt. menyatakan bahwa saat lahir manusia tidak mengetahui suatu apa pun. Allah Swt. memberikan kemampuan berupa pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Ketiga pemberian ini menjadi jalan bagi manusia untuk mengembangkan dirinya. Dalam Surah an-Nahl [16] ayat 78 Allah Swt. memberikan ketiga hal tersebut agar manusia bersyukur. Apakah yang perlu manusia syukuri dari ketiga nikmat
tersebut? Bagaimana pula cara bersyukur atas karunia itu?
Kelompok ketiga mengerjakan tugas pada subbab ini. Diskusikanlah dua pertanyaan tersebut di atas bersama teman kelompok Anda. Selanjutnya, presentasikan di depan kelas dan kumpulkan hasilnya kepada Bapak atau Ibu Guru untuk dievaluasi.



Amali
 


 Kita sebagai manusia yang beriman kepada Allah harus melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi sebaik-baiknya. Untuk itu, kita perlu membiasakan diri dengan ibadah dan tuntunan hidup yang telah Allah turunkan kepada kita. Di antaranya sebagai berikut.

1. Melaksanakan salat dengan khusyuk dan tepat waktu. Hal ini sangat penting untuk
menjaga hubungan kita dengan Allah.
2. Berbuat baik kepada sesama sebagai bentuk hubungan sosial kemasyarakatan.
3. Senantiasa menjaga lingkungan di sekitar kita. Hal ini mencerminkan kedudukan kita
sebagai pemakmur di muka bumi.
4. Menyebarkan kebaikan dan rahmat kepada siapapun. Hal ini merupakan pelaksanaan
dari tugas kita sebagai khalifah di bumi.
5. Mencegah kerusakan yang terjadi di sekitar kita.


Ikhtisar
 



1. Dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 30 Allah menyatakan kehendak-Nya untuk menjadikan
manusia sebagai
khalifah di bumi.
2. Surah al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14 menceritakan proses penciptaan manusia sejak
berwujud unsur bumi
hingga menjadi manusia yang utuh.
3. Surah az .-Z
ariyat [51] ayat 56 mengingatkan manusia tentang tugas yang Allah berikan yaitu untuk
beribadah kepada-Nya. Tugas ini sekaligus menjadi alasan penciptaan manusia di bumi ini.
4. Surah an-Nahl [16] ayat 78 menyatakan tentang bekal yang Allah berikan kepad
a manusia dalam
menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi untuk beribadah kepada-Nya.
5. Dalam Surah al-Baqarah [2] ayat 30, al-Mu’minu -n [23] ayat 12–14, az .-Za -riya -t [51]ayat 56, dan an-Nahl
[16] ayat 78 terdapat beberapa bacaan tajwid seperti mad wajib muttasil, gunnah, alif lam qamariyah, dan qalqalah sugra.



Muhasabah 



Apakah yang kita lakukan dengan hidup kita? Apakah Anda pernah bertanya mengapa Anda ada dan tujuan Anda hidup? Mungkin Anda belum pernah bertanya atau tidak mau tahu dengan hal tersebut. Satu hal yang pasti, semakin cepat Anda menyadari hal ini,semakin tertata hidup Anda karenanya. Sebaliknya, semakin lambat Anda menyadarinya,semakin tidak terkendali hidup Anda.
Mengapa demikian? Karena saat seseorang menyadari tujuan kehadirannya di suatu tempat, hal tersebut akan mempengaruhi cara berpikirnya, cara bertindaknya, dan caranya memandang sesuatu. Semakin dekat Anda dengan Allah dan kebenaran hakiki yang disampaikan-Nya, semakin baik hidup Anda untuk bertindak sebagai khalifah dan beribadah kepada-Nya. Demikian pula sebaliknya.
B.     EVALUASI

A.     Pilihlah jawaban yang benar!
1. Allah Swt. berkehendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Kata
menjadikan dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kata . . . .
a.
جاَعل
b.
سُللَةٍ
c.
فَكَسوْناَ
d.
يَسْفكُ
e.
نُقَدِّسُ

2. Kata khalifah yang digunakan dalam kisah Adam mengandung makna
. . . .
a. pemakmur
b. penguasa
c. raja
d. pemangku wilayah
e. kekhalifahan

3. Kata khalifah pada kisah Adam berbeda dengan kata khalifah yang
digunakan Allah Swt. pada kisah . . . .
a. Qabil dan Habil
b. Iskandar Zulqarnain
c. Luqman al-Hakim
d. Malaikat Jibril
e. Nabi Daud

4. Dalam pandangan para malaikat, manusia hanyalah sekelompok makhluk
yang suka . . . .
a. beribadah
b. merusak dan menumpahkan darah
c. menyembah Allah Swt. dalam keadaan apa pun
d. tidak bersyukur
e. menyekutukan Allah Swt.

5. Huruf hamzah pada kata
عظاَماً   dibaca dengan bacaan . . . .
a.       mad jaiz munfas il
b. mad tabi
i
c. idgam bigunnah
d. mad wajib muttasil
e. iqlab

6. Salah satu proses manusia adalah menjadi sesuatu yang melekat. Sesuatu
yang melekat dalam ayat ini diungkapkan dengan istilah . . . .
a.
خَلَقَكُم
b.
طِيْنٍ
c.
علَقةٍ
d.
نُطْفةٍ
e.
طِفْلاً

7. Manusia diciptakan dari sari pati tanah. Dalam hal ini sari pati tanah
tersebut didapat melalui . . . .
a. penerapan oksigen
b. makanan yang diserap kedua orang tua
c. inti sari tanah yang telah ada pada setiap manusia
d. zat-zat tanah yang dimasukkan ke dalam rohani manusia
e. hakikat tubuh manusia yang terbuat dari tanah

8. Peran Allah Swt. dalam pembentukan manusia terdapat pada tahap . . . .
a. persiapan ovulasi
b. ovulasi
c. keseluruhan proses kecuali proses pengantaran paket dari ayah
d. keseluruhan proses termasuk proses pengantaran paket dari ayah
e. pembentukan sel

9. Dalam salah satu ayat disebutkan bahwa seorang istri diumpamakan
sebagai ladang suami. Berdasarkan ilmu kedokteran hal ini sangat benar
karena peran sperma ayah memang sebagai bibit dan ovum sebagai . . . .
a. media tumbuh sel sperma
b. pasangan yang juga membawa bibit
c. katalisator tumbuh sel
d. mempercepat proses perkembangan sel
e. penyaksi tumbuhnya sel

10. Manusia mengemban tugas untuk beribadah kepada Allah Swt. dinyatakan dalam . . . .
a. hadis qudsyi
b. Surah az .-Zariya t [51] ayat 56
c. Surah an-Nahl [16] ayat 78
d. Surah an-Nahl [16] ayat 76
e. Surah al-Baqarah [2] ayat 30

11. Susunan ayat ”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku” menunjuk pada makna . . . .
a. salah satu tugas manusia adalah beribadah
b. manusia harus beribadah
c. ibadah adalah kewajiban bagi manusia selama hidup di dunia
d. satu-satunya tugas manusia hanya beribadah
e. manusia harus menjalankan salat lima waktu

12. Kata an-nas memiliki kandungan makna yang luas karena menyangkut
kedudukan manusia yang . . . .
a. menjadi khalifah di bumi
b. seperti hewan biologis lain
c. dibekali dengan akal dan nurani
d. memiliki ilham kemanusiaan
e. memerlukan orang lain

13. Jin memiliki kewajiban yang sama dengan manusia ini karena jin memiliki
karakter yang sama, yaitu . . . .
a. memiliki peradaban
b. terbuat dari asal yang sama
c. diciptakan pada waktu yang sama
d. diciptakan oleh malaikat yang sama
e. memiliki ilham kenabian

14. Allah Swt. memberikan jalan bagi manusia untuk mengenal dunia ini.
Jalan itu adalah . . . .
a. syariat Islam
b. petunjuk Al-Qur’an
c. para nabi yang diutus
d. pendengaran dan penglihatan
e. akal

15. Allah Swt. memberikan semua nikmat kepada manusia agar manusia . . . .
a. dapat hidup normal
b. berterima kasih kepada Allah Swt.
c. mengerti hakikat hidup
d. dapat menjalankan tugasnya di bumi
e. mengenal Allah Swt. sebagai Tuhan

B.     Jawablah pertanyaan dengan benar!
1.   Bagaimanakah kisah yang terjadi antara Allah Swt. dengan malaikat saat
Allah menyampaikan kehendak-Nya untuk mengangkat khalifah di bumi?
2. Apakah kelebihan Adam atau manusia sehingga Allah Swt. memerintahkan malaikat untuk bersujud tanda penghormatan kepada Adam?

3. Bagaimanakah perjalanan hidup Adam hingga diturunkan ke bumi ini
oleh Allah Swt.?
4. Sebutkan urutan penciptaan manusia menurut pernyataan Allah Swt.!
5. Bagaimanakah pandangan ilmu kedokteran modern terhadap pernyataan Allah Swt.
    tentang proses penciptaan manusia?
6. Manusia mendapat tugas untuk beribadah kepada Allah Swt. Apakah
ibadah itu?      
    Jelaskan!
7. Mengapa manusia mendapat tugas untuk beribadah kepada Allah Swt.?
8. Jin juga mendapat tugas untuk beribadah. Mengapa Allah Swt. juga memberikan tugas
    untuk beribadah kepada kaum jin?
9. Jelaskan fungsi pendengaran dan penglihatan bagi manusia pada awalawal
     kehidupannya!
10. Hati nurani dianggap sebagai karunia Allah Swt. yang terbesar bagi
     manusia. Apakah fungsi hati nurani dalam kehidupan manusia?






































Komentar

Postingan populer dari blog ini

POTENSI MANUSIA DAN AYAT ALQUR'AN YANG BERKAITAN DENGAN POTENSI MANUSIA

POTENSI  MANUSIA A.    Pengertian Potensi Manusia Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Manusia menurut agama islam adalah makhluk Allah yang potensial.  Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang menunjuk pada manusia,   yang   di gunakan adalah basyar insan atau nas dan bani Adam . Kata basyar  diambil dari  akar  kata yang  berarti ‘penampakan sesuatu dengan baik dan  indah’. Dari  kata  itu juga, muncul kata basyarah yang artinya ‘kulit’. Jadi, manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas  dan berbeda  dengan kulit binatang. Manusia dipilih oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Alasan mengapa dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki berbagai potensi. B.     Macam-Macam Potensi Manusia Manusia memiliki potensi diri yang dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu: 1. Potensi Fisik (Psychomotoric) Pot

SHOLAT TARAWIH (HUJJAH AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH)

الــــــــتراويح ان كا هنا خلاف, فهو ايضا مما ينبغي عدم تبادل الإنكار بشأنه. و هي عندنا نحن الشافعيه, بل و في مذهب اهل السنة و الجماعة عشرون ركعة. و هي سنة عين    مؤكـدة للرجال و النساء عند الحنفية و الشافعية و الحنابلة و المالكية. و تسن فيها الجماعة عينا عند الشافعية و الحنابلة. و المالكية قالوا : الجماعة فيها مندوبة. و الحنفية قالوا : الجماعة فيها سنة كـفاية لأهل الحي, فلو قام بعضهم سقط الطلب عن الباقين. و قد اثبت سنـيتها الأئمة بفعل النـبي صلى الله عليه و سلم. فقد روى الشيخان, انه صلى الله عليه و سلم خرج من جوف الليل ليالي من رمضان. و هي ثلاث متفرقة : ليلة الثالث و الخامس و السابع و العشرين. و صلى في المسجد و صلى الناس بصلاته فيها. و كان يصلي بهم ثمان ركعات    (أي بأربع تسليمات كما سيأتي), و يكملون باقيها في    بيوتهم (أي حتى    تتم عشرون    ركعة لما يأتي). فكان يُسمَع لهم ازيز كأزيز    النحل. و من هذا يتـبـين ان النـبي صلى الله عليه و سلم سـن لهم التراويح و الجماعة فيها, و لكـنه لم يصل بهم عشرين ركـعة, كما جرى عليه العمل من عهد الصحابة و من بعدهم الى الآن. و لم يخرج    صل

USHUL FIQH, ISTIHSAN ,MASLAHAH,MURSILAH, URF, ISTIHSAB,SADDU ADDARIYAH DAN MADZHAB SAHABAT

BAB II PEMBAHASAN A.     PENGERTIAN ISTIHSAN, MASHALAH MURSILAH, URF, ISTISHAB, SADDU ALDARIAH DAN MADZHAB SAHABAT  Sumber fiqh adalah dalil-dalil yang dijadikan oleh syariat sebagai hujjah dalam pengambilan hukum. Dalil-dalil ini sebagian disepakati oleh ulama sebagai sumber hukum, seperti Al Quran, Sunnah dan Ijma. Sebagian besar ulama juga menetapkan Qiyas sebagai sumber hukum ke empat setelah tiga sumber di atas. Di samping itu ada beberapa sumber lain yang merupakan sumber turunan dari sumber di atas, seperti Istihsan, Masalihul mursalah, Urf, dan lain-lain. Perlu diketahui bahwa semua dalil-dalil yang ada bersumber dan berdasarkan dari satu sumber; Al Quran. Karena Imam Syafi'i mengatakan,"Sesungguhnya hukum-hukum Islam tidak diambil kecuali dari nash Al Quran atau makna yang terkandung dalam nash." Menurutnya, tidak ada hukum selain dari nash atau kandungan darinya. Meski, Imam Syafii membatasi maksudnya "kandungan nash" hanya dengan qiyas saja