POTENSI MANUSIA
A. Pengertian Potensi Manusia
Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang
belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum
sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.
Manusia menurut agama islam adalah makhluk Allah yang
potensial. Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang menunjuk pada
manusia, yang di gunakan
adalah basyar insan atau nas dan bani Adam .
Kata basyar diambil
dari akar kata yang berarti ‘penampakan
sesuatu dengan baik dan indah’.
Dari kata itu juga, muncul
kata basyarah yang artinya ‘kulit’. Jadi, manusia
disebut basyar karena kulitnya tampak jelas dan
berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih oleh Allah sebagai
khalifah di muka bumi. Alasan mengapa dipilih sebagai khalifah karena manusia
memiliki berbagai potensi.
B. Macam-Macam Potensi Manusia
Manusia
memiliki potensi diri yang dapat dibedakan menjadi 5 macam,
yaitu:
1. Potensi Fisik (Psychomotoric)
1. Potensi Fisik (Psychomotoric)
Potensi diri ini dapat diberdayakan
sesuai fungsinya untuk saling membagi kepentingan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Contohnya hidung untuk mencium bau, tangan untuk menulis, kaki untuk
berjalan, telinga untuk mendengar, Dan mata untuk melihat
2. Potensi Mental Intelektual (Intellectual Quotient)
Potensi diri ini adalah
potensi kecerdasan yang terdapat di otak manusia (terutama otak bagian kiri). Fungsi
dari potensi ini yaitu untuk merencanakan sesuatu, menghitung dan menganalisis.
3. Potensi Sosial Emosional (Emotional
Quotient)
Potensi diri ini sama dengan potensi mental
intelektual, tetapi potensi ini terdapat di otak manusia bagian kanan.
Fungsinya yaitu untuk bertanggung jawab, mengendalikan amarah, motivasi, dan kesadaran
diri.
4. Potensi Mental Spiritual (Spiritual
Quotient)
Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang
berasal dari dalam diri manusia yang berhubungan dengan kesadaran jiwa, bukan
hanya untuk mengetahui norma, tapi untuk menemukan norma.
5. Potensi Daya Juang (Adversity Quetient)
Sama seperti potensi mental spiritual, potensi
daya juang juga berasal dari dalam diri manusia dan berhubungan dengan
keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi.
A.
POTENSI MANUSIA
MENURUT AYAT AYAT AL QURAN
Firman Allah Surat Al A’raf ayat 172
Allah Swt berfirman dalam surat Ar rum Ayat 30 :
« Maka
hadapkanlah wajahmu kepada agama islam dalam keadaan lurus . fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia atasnya . tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.
Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti «
Kata fa aqim wajhaka yang
dimaksud adalah perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya
menghadapkan diri kepada Allah, secara sempurna karena selama ini kaum muslimin
apalagi Nabi Muhammad Saw telah menghadapkan wajah kepadda tuntunan agamanya ,
dari perintah diatas tersirat juga perintah untuk tidak menghiraukan gangguan
kaum musrikin yang ketika turunya ayat ini di mekkah.
Kata hanifan biasa diartikan lurus, kata ini pada
mulanya digunakan untuk menggambarkan telapak kaki dan kemiringanya kearah
telapak pasanganya yang kanan condong kearah kiri dan yang kiri condong kearah
kanan ini menjaddikan manusia dapat berjalan kearah lurus
Kata fitrah terambil dari kata fathara yang berarti
mencipta , sementara pakar menambahkan, fitrah adalah menciptakan sesuatu
pertama kali/tanpa ada contoh sebelumnya. Dengan demikian kata tersebut dapat
dipahami dalam arti asal kejadian atau bawaan sejak lahir.
Albiqa’i tidak membatasi arti fitrah pada keyakinan tentang keesaan
Allah, menrutnya yang dimaksud dengan fitrah adalah ciptaan pertama dan tabiat
awal yang Allah ciptakan manusia atas dasarnya. Albiqa’i mengutip pendapat Al
ghazali dalam ihya’ ulumiddin bahwa « setiap manusia telah diciptakan
atas dasar keimanan kepada Allah bahkan atas potensi mengetahui persoalan –
persoalan sebagaimana adanya, yakni bagaikan tercakup dalam dirinya karena
adanya potensi pengetahuan. kemudian Albiqa’i menjelaskan yang dimaksud Alghazali ialah kemudahan
memathi perintah Allah serta keluhuran budi pekerti yang merupakan cerminan
dari fitrah islam, hal itu dibuktikan melalui pengamatan terhadap anak – anak
yang yang memiliki perangai lurus serta kemudahan mematuhi petunjuk .
Albiqa’i memahami penggalan ayat berikut ini la tabdila li
khalqillah dalam arti tidak seorang pun yang dapat menjadikan seorang
anak pada awal tahap pertumbuhanya menyandang
fitrah yang buruk , atau tidak mengikuti apa yang dituntunkan kepadanya serta
tidak menyerahkan diri kepada siapa yang mendidiknya .
Thahir ibn Asyur dalam
uraianya tentang makna fitrah , mengutip terlebiih dahulu pendapat pakar tafsir
ibn « athaiyah yang memahami fitrah sebagai keadaan atau kondisi
penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikanya berportensi melalui
fitrah itu , mampu membedakan ciptaan ciptaan Allah serta mengenal tuhan dan
Syariatnya , fitrah manusia adalah unsur unsur dan sistem yang dianugrahkan
Allah kepada setiap makhluk. Manusia
juga dianugrahi fitrah yang mengantarkanya menyempurnakan kekuranganya ,
memenuhi kebutuhanya serta mengingatkanya tentang apa yang bermanfaat atau mencelakakan
hidupnya .
Allah Swt berfirman dalam surat An Nahl Ayat 78
Artinya :” dan Allah Swt
mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun
dan dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”
Firman Allah diatas menunjukkan
kepada Alat – alat pokok yang digunakan guna meraih pengetahuan yang alat pokok
dan objek bersifat material addalah mata dan telinga sedang pada objek yang
bersifat immaterial adalah akal dan hati
Dalam pandangan alquran ada wujud
yang tidak tampak betapapun tajamnya mata kepala atau pikiran . banyak hal yang
tidak dapat terjangkau oleh indra bahkan oleh akal manusia. Yang dapat
menangkapnya hanyalah hati, melalui wahyu, ilham atau instuisi. Dari sini pula
sehingga alquran disamping menuntun , mengarahkan pendenngaran dan penglihatan,
juga memerintahkan agar mengasah akal yakni daya pikir dan mengasah pula kalbu
Firman Allah dalam Surat Al isra’
ayat 36
Tuntunan diatas merupakan tuntunan
universal nurani manusia , dimana dan kapanpun pasti menilai baik dan kapanpun
menilai lawanya merupakan sesuatu yang buruk, enggan diterima oleh siapapun.
Karena itu menggunakan bentuk tunggal agar mencangkup setiap orang sebagaimana
nilai – nilai diatas diakui oleh nurani setiap orang : ayat ini memerintahkan
lakukan apa yang telah Allah perintahkan diatas dan hindari apa yang tidak
sejalan denganya dan janganlah engkau mengikuti apa – apa yang tiada bagimu
pengetahuan tentangnya, jangan berucap apa yang tidak engkau ketahui , jangan
mengaku tahu apa yang engkau tak mengetahuianya, atau mengaku dengar apa yang
engkau tidak dengarsesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati yang
merupakan alat – alat pengetahuan semua itu akan ditanyai tentang bagaimana
pemilknya menggunakanya atau pemilik akan dituntut mempertanggungjawabkan
bagaimana ia menggunakanya. Ayat diatas mencegah sekian banyak keburukan,
seperti tuduhan , prasangka buruk, kebohongan dan kesaksian palsu
Ayat diatas berbeda dengan QS annahl
, di sana kata yang menunjuk penglihatan berbentuk jama’ ( abshar) sedang
disini berbentuk tunggal ( yakni Al Bashr). Hal itu agaknya disebabkan karena
penekanan pada surat Annahl pada aneka nikmat Allah, antara lain aneka
penglihatan yang dapat diraih manusia antara lain akibat yang posisinya berbeda –
beda , sedang ayat al isra’ ini dikemukakan dalam konteks tanggung jawab , dan
untuk itu setiap pandangan yang banyak dan berbeda – beda masing – masing
secara berdiri sendiri akan dituntut pertanggung jawabanya.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia pun
akan dituntut mempertanggung jawabkan kerja Al fuad/ hatinya. Para ulama
menggaris bawahi bahwa apa – apayang tersirat dalam hati bermacam – macam dan
bertingkat – tingkat yaitu
1. Hajis yaitu sesuatu yang terlintas dalam pikiran secara spontan dan berakhir
seketika
2. Khathir yaknni yang terlintas sejenak kemudian berhenti
3.
Hadist nafs ialah bisikan – bisikan hati yang dari saat kesaat
muncul dan bergojalak
4.
Hamm ialah kehendak melakukan sesuatu sambil melakukan cara – cara
pencapaianya ,
5.
Azm yakni kebulatan tekad
setelah rampungnya seluruh proses hamm dan dimulainya langkah awal bagi
pelaksanaan.
BAB III
KESIMPULAN
Manusia Adalah ciptahan tuhan yang
paling mulia diantara beberapa makhluq ciptaanya , walau pun dalam diri manusia
tersimpan beberapa sifat sifat yang
tercela yang dimiliki makhluk allah yang lain seperti binatang , malaikat
syethan dll
Kemuliaan manusia itu didasarkan
karena manusia memiliki satu hal yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah yang
lain yaitu akal.
Akal inilah yang menjadi modal awal
untuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memujudkan potensi – potensi
yang ada pada diri manusia . akal merupakan sebagian potensi yang diberikan
tuhan kepada manusia selain dari fitrah, hati dll
Hal ini juga dikuatkan dalam ayat –
ayat Alqur’an denngan penjelasan yang panjang dan lebar seperti yang ada dalam
beberapa kitab – kitab tafsir yang ada
Oleh karna itu sebagai mahluk tuhan
yang mulia , patut kiranya bagi kita semua untuk mensyukuri karunia yang besar
ini dan terkadang tidak pernah terlintas di benak kita dari mana ini semua ,
bagaimana cara membuatnya yang mana ini semua membuat kita lupa akan tuhannya karena potensi
yang telah diberikan kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA
Al
Imam Abul Fida’ Ismail Ibnu Katsir Ad Dimasyqi - Terjemah Tafsir Ibnu Katsir ,Sinar Baru Algesindo Bandung, Cetakan
Pertama , 2000
M. Quraish Shihab , Tafsir Almisbah,Lentera Hati Jl Jeruk Purut No
1, Jakarta , Cetakan Kedua, 2004
Eni putwanti, M.Ag, Dr , pendidikan karakter , kopertais wilayah IV
press , Surabaya, cetakan keempat, 2014
http://za-enal.blogspot.com/2012/03/potensi-diri-dan-macam-macamnya.html
Komentar
Posting Komentar